Back to blog

Bandung-Malmö: Transportasi umum

1 October 2015 - Posted in Swedia Posted by:

Jikalau saya bertemu dengan Ridwan Kamil saya ingin bertanya kepada beliau apa yang sedang dan akan dilakukan untuk memperbaiki sistem transportasi kota Bandung? Apa yang ditargetkan tercapai hingga masa akhir jabatan? Kenapa dua pertanyaan itu? Karena saya merasa transportasi umum terlupakan oleh walikota yang gemar mempercantik Bandung dari segi eksteriornya. Taman-taman, MKAA, kursi-kursi, dan lain-lain disulap RK tapi tidak begitu dalam hal transportasi.

Lagi-lagi saya mau memperbandingkan dengan Malmö. Kota dengan penduduk terbanyak ketiga di Swedia ini memiliki luas wilayah yang kurang lebih sama dengan Bandung. Dalam tulisan ini saya membatasi pada moda transportasi bus (Malmö), angkot, ojek, becak, dan delman (Bandung).

Pilihan transportasi di Malmö cukup beragam, terdiri dari bus, kereta, taksi, sepeda, dan jalan kaki. Kereta pada umumnya digunakan untuk transportasi antar kota. Bisa dianalogikan dengan transportasi dari dan ke Cimahi dan Kab Bandung jika di Bandung. Taksi di Malmö tidak terlalu berkembang. Bersepeda adalah satu pilihan transportasi, mencakup 30% dari total transportasi. Tentang bersepeda sudah saya tulis dalam tulisan sebelumnya disini. Bus di kota Malmö dan provinsi Skåne dimonopoli oleh perusahaan swasta Skånetrafiken.

Walaupun memiliki wilayah yang kurang lebih sama dengan Bandung, hanya ada 8 rute utama dan 5 rute tambahan bus yang melayani transportasi dalam kota di Malmö. Bus dalam kota berwarna hijau. Perbedaan rute utama (1 s/d 8) dan rute tambahan (31 s/d 35) hanya di frekuensi dan waktu beroperasinya saja. Pada rute utama, frekuensi bus bisa setiap 3 menit pada jam sibuk, dan setiap 20 menit pada jam lengang, dan setiap 1 jam pada larut malam dan dini hari. Sementara rute tambahan frekuensi terseringnya hanya berkisar setiap 7 menit, dan setiap 30 menit pada jam lengang. Waktu beroperasi rute utama lebih pagi, dan berakhir setelah lewat tengah malam.

Bus hijau dalam kota

Bus hijau dalam kota

Bus hanya berhenti di pemberhentian bus. Bus akan datang dan pergi di setiap pemberhentian bus sesuai jadwal yang telah ditentukan, dengan toleransi ketepatan waktu sekitar 3 menit dari jadwal yang tertera. Jadwal bus dan perkiraan ketibaan dapat dipantau di situs web dan aplikasi smartphone. Sebuah rute bus akan menempuh perjalanan dari terminal awal hingga terminal akhir dalam waktu kurang lebih satu jam. Seringkali terminal awal dan akhir ini berada di dua titik yang saling bersebrangan. Misalnya terminal awalnya di bagian paling selatan kota, maka terminal akhirnya berada di bagian paling utara kota. Kalau dianalogikan dengan bandung, terminal awalnya Cibaduyut dan terminal akhirnya Dago atas, atau Cibeureum dan Cicaheum.

Bus antar kota berwarna kuning dan melayani transportasi dalam provinsi Skåne. Luas wilayah provinsi Skåne sekitar 1/3 luas wilayah Jawa Barat. Jumlah rutenya lebih banyak karena melayani transportasi ke semua penjuru provinsi (termasuk desa-desa kecil) dan terintegrasi dengan sarana transportasi kota lain di provinsi yang sama. Waktu tempuh maksimal bus kuning adalah antara 1-2 jam.

Bagaimana dengan Bandung? Jumlah trayek angkot bandung setidaknya ada 50 di kota Bandung saja. Sebagian angkot ini kondisinya juga sudah mengenaskan, terutama pada malam hari dan hujan karena seringkali lampu utama dan wiper tidak berfungsi. Belum lagi rute damri setidaknya ada 10 buah. Kenapa bisa banyak sekali ya? Kenapa Malmö cukup dilayani 13 rute sementara Bandung dilayani 50 rute saja masih membutuhkan keberadaan ojek, becak, dan delman? Ojek, becak, dan delman selain digunakan sebagai alternatif transportasi tapi juga sering digunakan untuk transportasi ke tempat yang tidak terjangkau angkot.

Setelah hidup di Malmö selama dua tahun saya tersadar bahwa sarana transportasi yang baik tidak harus sangat cepat. Bus dalam kota Malmö memiliki batas kecepatan 40 km/jam, di beberapa jalan hanya 30 km/jam. Tapi kelebihannya adalah tepat waktu. Lagipula dari ujung selatan ke ujung utara paling jauh mungkin hanya 20 km. Jadi dengan kecepatan segitu pun sudah dapat menyelesaikan 1 rute dalam waktu dibawah satu jam karena tanpa macet. Sarana transportasi tidak harus cepat, tapi tepat waktu sehingga kita bisa merencanakan perjalanan dengan baik. Misalnya kalau saya harus berada di kampus pukul 9, maka saya harus mulai menunggu bus pukul 08.30 karena bus akan tiba pukul 8.33, dan tiba di tujuan pukul 8.50. Angkot memang sangat banyak, bisa kita pilih yang mana saja, tapi ga memiliki target tiba di suatu tempat. Semaunya supir. Kalau angkot kosong, artinya harus bersiap perjalanan menjadi lebih lama karena angkot akan ngetem berkali-kali atau angkot melaju perlahan sambil mencari penumpang.

Satu-satunya perubahan positif yang saya rasakan sejak RK menjabat walikota adalah peremajaan bus DAMRI. Tapi itupun sudah dimulai sejak walikota sebelumnya. Shelter bus TMB sebagian besar malah tidak digunakan dan tidak terawat. Sisanya diwarnai carut marut transportasi Bandung yang macetnya hampir setara dengan Jakarta terutama di akhir pekan. Banyaknya perubahan eksterior kota membuat wisatawan makin bertambah tetapi sistem transportasi tidak ada perubahan. Bandung saat ini jauh lebih macet daripada saat saya tinggalkan dua tahun yang lalu. Pada akhirnya masyarakat memilih mengendarai kendaraan sendiri seperti mobil dan sepeda motor. Tulisan saya sebelumnya mengulas kemacetan Bandung, dan dapat dibaca di disini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *