Back to blog

#TidakSendiri Episode 2 – Itcha dan sepatu lari

15 January 2018 - Posted in depresi , kesehatan mental Posted by:

Kalau kamu punya temen yang takut hantu atau takut gelap, kamu harus bagaimana? Kamu ga bisa menghilangkan ketakutan itu dengan mencoba meyakinkan bahwa tidak ada hantu, atau bahwa tidak ada yang perlu ditakuti dari gelap. Kamu semua yang takut hantu atau gelap pasti mengerti apa yang saya bicarakan. Karena rasa takut itu tidak bisa dihilangkan, bisa bantu dengan menemani melewati lorong gelap.

Jikalau depresi bisa dianalogikan dengan takut gelap, maka itulah peran Itcha bagi saya. Menemani saya lari secara bertahap. Itcha ga menghilangkan depresi saya. Tapi, pada saat kami menonton bersama setidaknya ada dua jam yang lebih mudah saya lewati karena saya tidak sendiri. Atau saat kami lari, ada dua jam pula yang lebih mudah saya lewati karena saya tidak sendiri didalam kamar. Kami lari setengah jam pada jumat pagi di trek atletik Padjadjaran, lalu sarapan pagi. Selain itu, malam sebelum lari atau nonton ada hal lain yang saya pikirkan selain bagaimana caranya mengakhiri hidup. Malam biasanya saat dimana seringkali pikiran bunuh diri sulit sekali untuk dikendalikan. Jika besoknya direncanakan nonton atau lari, di malam hari saya bisa memikirkan apa yang harus saya kenakan besok, mau berangkat jam berapa, mau duduk di baris kursi mana, mau sarapan apa setelah lari. Saya pernah melewati pedagang odading (cakue) saat pulang dari Padjadjaran. Sumpah menggoda banget. Jadi saat hendak lari minggu depannya, saya ngebayangin jajan dan makan odading. Tapi saat akhirnya beli itu odading mengecewakan, haha. Setidaknya saya mendapatkan alasan untuk bertahan hidup di malam sebelum nonton dan lari.

Ketika Itcha (dan Aly — video menyusul) menelepon dan mengirim whatsapp tanpa henti seharian, saya sungguh ingin bilang kalau saya ingin mati. Tapi mereka sedang di NTT saat itu. Saya menyesal tidak ikut dengan mereka. Beberapa ringtone pertama bagi saya sangat mengganggu. “Berisik!!”, dalam hati saya. Tapi setelah belasan dan puluhan kali, saya mulai menangis. Mereka bisa saja berhenti setelah dua atau tiga kali tidak saya angkat. Menyerah. Seolah-olah mereka sedang berusaha mem-validasi keberadaan saya dan berteriak “KERMIT JANGAN MATI!”.


Video ini merupakan rangkaian cerita orang-orang yang membantu saya untuk pulih. Karena untuk pulih dari gangguan jiwa perlu dukungan teman dan keluarga serta terapi bersama profesional kesehatan jiwa seperti psikiater dan psikolog.

#TidakSendiri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *