Ancaman utama dari depresi adalah bunuh diri. Tiap satu menit ada dua orang yang mati karena bunuh diri. Percobaan bunuh diri terjadi hampir setiap detik. Saya masih setengah tidak percaya saat ini masih hidup. Saya dua kali terselamatkan. Bukan urung melakukan bunuh diri, tapi terselamatkan. Pada percobaan pertama saya sempat mengirim pesan perpisahan kepada teman sekelas dan menitipkan pesan untuk keluarga, sementara pada percobaan kedua tanpa peringatan sama sekali.
Hal paling penting dalam membantu teman/keluarga yang menderita depresi adalah mengenali tanda-tanda dan mencegah bunuh diri. Saya harus coba-coba mengingat kembali dulu apa saja ya tanda-tandanya:
- tiba-tiba mengucapkan salam perpisahan. Ini yang saya lakukan pada percobaan pertama. Saya mengucapkan salam perpisahan pada saat waktu hampir tengah malam sementara saya baru akan pulang ke Indonesia dua minggu kemudian. Padahal saat itu baru satu hari selepas wisuda kelulusan.
- berbicara tentang bunuh diri. Setelah dua percobaan diatas saya terkadang memberi tahu teman kalau saya sedang dihantui keinginan bunuh diri. Ini pertanda baik dan buruk. Baik dalam artian saya berarti sadar dan sedang berusaha melawan perasaan bunuh diri. Buruk dalam artian ada ancaman yang nyata, saya bisa saja kalah melawan perasaan bunuh diri sewaktu-waktu.
- berbicara tentang kematian dan mati. Ini sebenarnya sering saya ucapkan sebelum percobaan kedua. Hampir sepanjang siang itu dua hal ini sering keluar dari mulut saya. Saya memilih mati saja agar keluarga tidak ikut tercoreng akan kesalahan saya. Saya merasa jika saya tetap hidup akan membebani keluarga. Sementara jika saya mati memang pada awalnya keluarga akan berkabung selama beberapa waktu, tapi setelah itu hidup berjalan kembali seperti semula secara perlahan.
- berkata diri tidak berarti lagi, ini yang paling sering terucap oleh saya berkali-kali karena memang rasanya saya sudah menjadi barang rusak yang tidak berarti lagi. Barang rusak yang sudah tidak bisa didaur ulang.
- sering berbicara tentang keputusasaan dan ketidakberdayaan. Kemudian membenci diri sendiri. Menyalahkan diri sendiri atas segala sesuatunya. Saat itu saya membenci diri karena keluarga ikut tercoreng karena aib saya. Saya yang depresi tapi keluarga malah terbebani.
- menarik diri dari teman-teman dan keluarga, lalu mengurung diri. Saat lebaran saya bersembunyi di dalam kamar. Ketika para saudara masuk ke dalam kamar untuk silaturahmi, saya menarik selimut dan bersembunyi dibalik selimut. Saya lalu berencana dalam hati akan mengkhiri hidup setelah semua orang pergi. Ini amat berbahaya, di dalam kamar saya bisa mengakses puluhan alat bantu bunuh diri. Yes! Walaupun depresi tapi saya masih bisa berpikir kreatif.
- bertindak gegabah. Saat-saat pertama keluar rumah saya mengendarai motor sesuka hati saya. Ngebut, gak berhati-hati. Tapi, saya waktu itu tidak berusaha bunuh diri sih. Tetap saja harus diwaspadai.
- mencari-cari alat-alat bantu bunuh diri seperti obat-obatan, senjata tajam, atau alat lainnya yang bisa digunakan untuk bunuh diri. Saat googling cara bunuh diri, yang paling sering muncul adalah overdosis. Saya pernah mencari-cari pil apapun, tapi tidak berhasil. Hanya karena pil tersebut tidak bisa digunakan untuk bunuh diri bukan berarti aman. Overdosis walaupun tidak membunuh dapat mengakibatkan gangguan yang permanen. Hati-hati. Kalau masih dalam tahap terapi depresi, berikan obat pada saat akan diminum saja. Jangan serahkan semua obat.
- ini mungkin hanya terjadi pada saya. Saya mencari-cari kunci kamar sesaat sebelum percobaan kedua saya. Saya ga mau ada yang menyaksikan saya mengkhiri hidup. Kunci kamar tidak ketemu. Saya pun memilih membarikade pintu dengan menggunakan furniture. Jadi waspada kalau tiba-tiba ada bunyi meja didorong.
Pertolongan pertama menghubungi polisi. Saya tidak bercanda. Kita berbicara tentang nyawa. Percobaan bunuh diri saya yang pertama digagalkan dua orang polisi Swedia. Mungkin ada perbedaan dengan polisi di Indonesia, tapi tidak ada salahnya dicoba. Yakinkan polisi sehingga mereka mau mengirim petugas dengan segera.
Kedua, ajak bicara. Bicaralah dengan jujur tentang kekhawatiran kamu. Kekhawatiran akan melakukan bunuh diri. Jangan ditunda-tunda. Hubungi segera walaupun dini hari sekalipun. Saya mengerti berbicara tentang bunuh diri adalah sesuatu yang sangat berat. Apalagi berbicara hal ini setiap saat selama berhari-hari. Jika merasa diri tidak sanggup membicarakan dan mendengarkan tentang bunuh diri, hubungi teman atau keluarga yang lain. Saya menunda upaya bunuh diri saya karena berbicara melalui chat dengan teman saya Kjell. Lalu teman saya yang lain mengetuk pintu apartemen. Usahakan berbicara melalui telepon atau langsung. Betul, datangi langsung jika merasa ancamannya nyata. Jika tidak bisa, hubungi teman atau keluarga yang dapat meluangkan waktu untuk mendatangi.
Ketiga, temani. Temani sepanjang hari. Saat ibu saya tidur disebelah saya sebenarnya tangan kanan saya memegang gunting codman 85. Saya sembunyikan dibalik punggung saya semalaman. Saya menahan diri, saya tunda. Saya tidak mau melakukannya didepan ibu saya. Dalam hati saya, saya sayang ibu. Saya tidak mau meninggalkan ibu saya dengan cara seperti ini.
Keempat, sarankan untuk mencari pertolongan. Lebih baik lagi kalau ditemani. Paksa jika perlu. Jangan mengandalkan orang yang depresi untuk proaktif meminta tolong karena tidak akan terjadi. Harus ada stimulus dari luar.
Kelima, hubungi saya. Email saya myself@liquidkermit.net Saya bersedia membantu. Mungkin akan lebih mudah bagi saya untuk berbicara dari hati ke hati karena sayapun pernah mengalaminya. Selama proses ini pun ada satu orang teman saya yang selalu menemani saya. Dia pernah mencoba bunuh diri dengan overdosis. Dia mengerti saya. Saya lebih banyak berbicara dengan dia daripada teman yang lain.
Sebisa mungkin hindari memarahi atau menghakimi. Ketika saya dimarahi keluarga karena mencoba bunuh diri, dalam hati saya malah ikut marah juga. “Kalian ga tahu rasanya! sakitnya!”. Sebaiknya justru sampaikan bahwa kamu sayang dia, keluarga sayang dia, dan banyak orang lain yang juga menyayangi dia. Katakan semua hal yang membuat seseorang penderita depresi menyadari bahwa dia masih memiliki arti di dunia ini. Tentu tidak mudah. Respon pertama pasti kaget dan timbul rasa marah. Saya mohon, jangan sampai dikuasai amarah.
Jangan pula lengah, pikiran bunuh diri bisa datang dan pergi. Setelah saya merasa sembuh dan semangat lagi, pikiran bunuh diri kembali muncul. Dua bulan setelah percobaan pertama saya. Kemudian itu bertahan selama kurang lebih 10 hari. Hingga kini saya sudah terbebas dari pikiran bunuh diri, semoga untuk selamanya.
Yang harus dipahami oleh kita semua adalah tidak ada satu orang pun yang ingin bunuh diri. Tidak, tidak terkecuali saya walaupun saya pernah dua kali mencoba bunuh diri. Itu artinya saya dua kali gagal dalam upaya melawan perasaan bunuh diri. Jika mendengar atau membaca berita tentang bunuh diri jangan berpikir tentang tidak tahu bersyukur, ataupun berkata sumpah serapah. Ketika penderita depresi mati karena bunuh diri, itu tidak berbeda dengan penderita kanker yang akhirnya meninggal. Bunuh diri bukan kriminal, dan seharusnya bukan pula dosa. Kami sama-sama kalah dalam perjuangan melawan maut.
One Comment