Back to blog

Juni

31 July 2017 - Posted in depresi Posted by:

Bulan lalu, Juni, adalah saat dimana saya kembali minum obat lagi. Bukan antidepresan sih, hanya obat tidur. Itupun hanya sesekali saja.

Kenapa Juni? Karena dua tahun lalu, semua hal yang saya bangun runtuh di bulan Juni. Di bulan Juni pula saya mencoba mengakhiri hidup. Padahal seharusnya Juni itu merupakan awal baru untuk saya.

Saya ga kembali ke dalam depresi. Saya masih bisa mengontrol mood saya. Tapi saya kesulitan tidur, mudah terbangun, dan pada akhirnya hampir tiap hari kurang tidur. Tidur pun penuh mimpi buruk. Seringnya mimpi yang berhubungan sama Juni 2015.

Juni pula disaat saya sangat sibuk dengan pekerjaan dan kurang istirahat. Bepergian ke desa terpencil membutuhkan waktu dan tenaga yang amat banyak. Seringkali juga survey keliling desa tengah malam, beru tiba kembali di penginapan pukul 3 atau 4 pagi. Kemudian kerja seperti biasa di pagi harinya. Pola tidur makin ga menentu. Untungnya olahraga bisa membantu. Kalau kurang tidur, saya akan lari atau bersepeda sampai ga kuat lagi.

Saya kembali meminta pertolongan obat. Saya ga memaksa diri untuk tidak minum obat. Saya perlu obat, saya tahu itu. Masa bodoh. Sebagian orang akan melihatnya sebagai “wah, si mas balik ngobat” atau “sayang sekali minum obat lagi”. Tapi, seharusnya tujuan utama adalah kondisi sehat (fisik dan jiwa). Tanpa atau dengan bantuan obat itu ga perlu dipermasalahkan.

saya tahu semua orang pasti ingin sehat tanpa harus minum obat. Semua yang sedang sakit dan minum obat pastinya ingin segera lepas dari obat. Penyakit apapun, tak terkecuali. Tapi, kalau memang perlu obat ya ga usah pula menyiksa diri puasa obat. Jangan ada “drug shaming”, “bullying obat”, merundung tindakan minum obat.

Kalau saya ga tulis disini saya minum obat, pasti ga ada yang tahu. Karena pada dasarnya saya tetaplah saya. Saya akan tetap minum obat selama saya merasa perlu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *