Seperti biasa saya sulit untuk tidur di perjalanan. Jadi di pesawat menikmati saja tontonan yang ada. Di bandara menemui sekumpulan sukarelawan yang mengawal ketibaan mahasiswa baru. Saya diarahkan untuk membeli tiket kereta menuju Lund. Karena sudah baca-baca sebelumnya, saya membeli tiket menggunakan kartu debit Mandiri saya.
Masuk kereta dengan barang bawaan koper raksasa beserta 3 koper teman, disini saya mulai kebingungan. Tentu saja ini pengalaman pertama saya. Jadi koper raksasa saya simpan di kompartemen atas. Lumayan angkut koper 30 kg. Sekarang saya tahu kalau bawa koper besar harusnya menempati lokasi khusus di kereta, jadi ada tempat untuk koper raksasa sekalipun. Tiba di Lund jam 12 siang lalu diantar menggunakan mobil menuju kampus. Di kampus lalu antri satu persatu di tiap check point yang disediakan panitia. Lalu menunggu diantar ke apartemen saya di Malmo. Karena saya seorang saja yang menuju Malmo, saya harus menunggu sampai ada beberapa orang. Disini hari pertama saya mulai rusak.
Mahasiswa lain yang menuju Malmo tak kunjung datang. Setelah menunggu dan menunggu, sambil agak kedinginan karena cuaca dingin walaupun baru awal musim gugur, saya diberitahu bahwa saya tidak akan diantar menuju Malmo. Saya harus kesana sendiri. Disini saya mulai kebingungan. Saya belum cari tahu cara menuju apartemen. Pergilah saya ke stasiun Lund sambil agak tersesat karena pada saat tiba sebelumnya diantar menggunakan mobil.
Kebingungan kedua mencari mesin tiket di Lund. Setelah putar-putar bawa koper gajah akhirnya ketemu dan naik kereta menuju Malmo. Disini barang bawaan saya sudah bertambah dua bantal dan bed cover beserta pernak-pernik Lund University.
Tiba di stasiun Malmo, saatnya kebingungan ketiga. Saya ga tahu caranya menuju ke apartemen saya. Tapi saya tahu alamatnya. Alih-alih naik bis, saya pun akhirnya naik taksi. Agak bingung ketika harus pilih taksi karena ada beberapa pilihan. Yo wis, mulai lega karena sebentar lagi akan bisa beristirahat di apartemen. Tapi koq lama juga di dalam taksi. Mulai berprasangka buruk diajak puter-puter supir taksi seperti kebiasaan beberapa supir taksi Jakarta karena saya orang asing. Tapi ternyata apartemen saya memang jauh. Yang saya ingat, sempat melewati McD sebelum tiba di apartemen.
Bencana dan kebingungan berikutnya muncul di kompleks apartemen. Saya tiba pukul 5 sore. Kantor pengelola apartemen sudah tutup dan saya tidak bisa mengambil kunci menuju apartemen saya. Mulai panik dan mulai berhitung harga hotel yang entah harganya berapa. Saya bahkan tidak tahu apakah ada hotel yang dekat apartemen saya. Setelah tanya beberapa orang yang lewat, katanya kantor pengelola tutup pukul 3 sore karena ini masih dianggap musim panas dan baru buka pukul 9 pagi. Lalu tanya orang lain lagi, saya disarankan tidur saja di common room sebelah ruang laundry. Dia membukakan pintu menuju common room menggunakan kunci khusus. Dan sayapun menghabiskan sore dan malam di sofa. Untungnya ada internet gratisan di common room, saya pun mulai kontak sana-sini, mahasiswa dan warga Indonesia, bahwa saya terbengkalai di Malmo. Tapi kesimpulannya saya harus tetap di sini, tidur di sofa.
Karena ini pengalaman pertama di Swedia, saya semalaman tidak pergi kemana-mana. Koper dan barang bawaan selalu di dekat saya. Walau lapar karena tidak makan sejak pagi saya tidak bergerak kemana-mana. Saya ingat ada McD saat naik Taksi tidak jauh dari kompleks apartemen. Tapi risih juga malam-malam sambil bawa barang yang banyak. Lalu khawatir pula tidak bisa masuk common room lagi karena harus pake kunci khusus. Dan malam itu sangat dingin, sekitar 16 derajat celcius. Heater belum dinyalakan karena dianggap masih musim panas. Saya belum punya selimut, tidak pula jaket hangat karena berencana beli di Swedia.
Setelah menghabiskan malam di sofa, keesokan paginya saya pergi ke penglola gedung. Akhirnya saya mendapatkan kunci apartemen! Sudah terbayang mau leyeh-leyeh dan masak indomie karena lapar. Tapi….semuanya harus ditunda. Kamar apartemen tidak mau terbuka. Walau kartu (seperti kartu akses di hotel) sudah saya masukan dengan benar, tetap saja pintu tidak mau terbuka. Lalu saya pergi lagi ke pengelola gedung. Katanya batere di pintu saya sudah habis jadi harus diganti baterenya. Pengelola gedung memperbaikinya untuk saya. Tapi, tetap pintu tidak mau dibuka. Lagi-lagi menemui pengelola. Katanya kartunya harus diganti, tapi saya juga harus menyerahkan kartu saya dan kartu duplikat (yang dipegang Lund university) untuk mendapatkan seperangkat kartu yang baru. Nah bingung lagi. Masa saya harus ke Lund untuk mengambil kartu duplikat. Saya bahkan tidak tahu harus kemana di Lund. Saya disuruh telepon saja. Tapi saya belum punya simcard Swedia, dan tidak tahu pula nomor telepon yang harus saya hubungi. Setelah memelas, mengatakan bahwa saya mahasiswa internasional yang baru pertama kali ke Swedia, akhirnya saya diberikan kartu baru. Akhirnya semua drama berakhir. Saya bisa masuk apartemen saya, memasak indomie untuk menghilangkan lapar, dan mengakhiri 24 jam pertama di Swedia yang unik.
One Comment
Lina moeis 9 years ago
Ceritamu selalu kutunggu enak sekali bacanya…dan selalu menarik