Kali ini saya mau menulis sesuatu yang ilmiah. Bukan tentang pengalaman saya menderita dan melawan depresi. Setiap hari saya membaca jurnal tentang depresi. Semakin saya membaca, saya semakin merasa tercerahkan tentang depresi. Kesehatan mental saat ini bukanlah tentang Freud belaka, tetapi sudah dianalisis hingga level molekuler.
Saraf kita berkomunikasi satu sama lain melalui sinapse. Sinapse merupakan pertemuan dua sel saraf. Untuk berkomunikasi, ujung sel saraf melepaskan sebuah zat kimia yang disebut neurotransmitter sementara ujung sel saraf lainnya menerima neurotransmitter tersebut melalui sebuah protein yang disebut reseptor. Salah satu neurotransmitter tersebut adalah serotonin. Serotonin yang sudah dilepaskan untuk berkomunikasi dapat diserap kembali dengan bantuan protein serotonin transporter. Kita akan lihat peran serotonin transporter ini dalam depresi.
Protein serotonin transporter diproduksi tubuh dengan cara menerjemahkan gen SERT. Ada dua tipe gen SERT, yaitu tipe panjang dan tipe pendek. Keduanya memproduksi protein serotonin transporter yang sama. Tapi, jumlah yang diproduksi gen SERT panjang lebih banyak karena barisan kode “promoter” yang lebih panjang. Karena kita mewarisi genetik dari ibu dan ayah, maka kita memiliki sepasang gen SERT.
Orang yang memiliki dua gen SERT pendek cenderung lebih berisiko menderita depresi dibandingkan orang yang memiliki dua gen panjang, atau orang yang memiliki gen SERT campuran (satu panjang, dan satu pendek). Orang yang memiliki dua gen SERT panjang lebih tahan terhadap kejadian yang membuat stress. Orang yang memiliki dua gen SERT pendek juga berisiko menderita depresi jika memiliki masa kecil yang buruk. Gen SERT ini pulalah yang menjadikan depresi bisa diturunkan, terutama jika kedua orang tua memiliki gen SERT pendek. Orang yang memiliki dua gen SERT pendek juga kurang merasakan efek pengobatan dengan menggunakan antidepresan.
Dengan demikian, jatuhnya seseorang kedalam depresi tidak serta merta bisa kita kendalikan. Bahwa depresi bukan karena secara moral kita lemah, bukan pula karena kurang iman. Sama seperti penderita thalasemia, kita tidak berkutik karena kita tidak menentukan cetakan genetik kita. Tapi alasan ini bukanlah dalih kita tidak berbuat apa-apa. Mengetahui tentang gen SERT dapat membantu agar kita menerima diri kita apa adanya. Kita tetap bertanggungjawab atas siapa kita dan apa yang kita lakukan.