Back to blog

Apa itu kesehatan masyarakat?

27 June 2017 - Posted in kesehatan Posted by:

Suatu malam saat saya sedang di desa, saya ngobrol dengan temen kerja tentang kesehatan masyarakat. Teman saya lulusan fakultas kesehatan masyarakat. Saya kaget ketika dia menyebut public health (kesehatan masyarakat) = penyuluhan. Jika ini datang dari kaum dokter, saya ga heran. Tapi datang dari alumni fkm? Penyuluhan disini diartikan berbicara didepan banyak orang seperti layaknya kuliah ya.

Mari kita tarik balik kenapa saya nyemplung di kesmas. Saya sebetulnya ga suka (atau benci?) dengan kuliah kesmas saat sarjana dulu. Ada beberapa mata kuliah terkait kesmas, ilmu kesehatan masyarakat (ikm), epidemiologi, manajemen kesehatan, perilaku kesehatan, metodologi penelitian, ilmu budaya dasar, ilmu sosial dasar, filsafat ilmu, dan biostatistik & demografi. Bukan hanya saya. Tapi hampir satu angkatan (hampir 300 mahasiswa) ga suka dengan mata-mata kuliah ini. Sebagian karena…kami mau jadi dokter (klinis). Ilmu bedah menyenangkan. Ilmu penyakit dalam walau bikin puyeng tapi tetap dirasa penting. Tapi kuliah kesmas?

Yang membuat semuanya lebih buruk pada masa itu adalah dosen. Kalau kamu sedang atau pernah kuliah, tau dong dosen killer? Nah dosen-dosen kesmas pada saat itu satu tingkat diatas. Terkadang dosen masuk hanya membahas soal, lalu ketika jawaban para mahasiswa salah malah diketawain dan dikatain bodoh. Perkataan kasar pun ga jarang saya dengar seperti m****t dan a****g. Untungya sekarang sepertinya bagian IKM sudah mulai berubah.

Lalu penyuluhan? Ketika memasuki rotasi di bagian kesmas saat kepaniteraan (koas), sudah jelas bahwa output yang diharapkan adalah penyuluhan. Kami diuji cara penyampaian penyuluhan. Tidak ada ujian lain. Hanya itu.

Magang (saat ini disebut internship) di bagian kesmas pun ga jauh beda. Tapi kali ini kami punya kebebasan menentukan pilihan. Kami ditugasi meningkatkan pelayanan puskesmas. Semua teman sekelompok saya memilih penyuluhan. Saya, entah kenapa, memilih yang lain. Saya melihat ada yang salah dengan pelayan kesehatan di puskesmas saat itu. 1) hampir semua pasien dilayani perawat dan 2) semua pasien pulang dengan obat yang sangat banyak. Akhirnya saya melihat data laporan permintaan dan pengeluaran obat beserta data diagnosa bulanan puskesmas. Dari temuan saya, mayoritas pasien mendapat antibiotik padahal di laporan diagnosa yang membutuhkan antibiotik sangat sedikit sekali. Temuan lain adalah pasien mendapat rata-rata empat jenis obat. Salah? Tergantung. Sayangnya saat itu saya ga melakukan analisa yang lebih dalam.

Mungkin sejak itu saya mulai tertarik dengan kesmas. Kesmas yang tidak pernah diberikan di bangku kuliah. Ga lama kemudian saya bertemu senior saya, praktisi kesmas. Mungkin disinilah saya baru betul-betul mulai mengenal apa itu kesmas. Senior saya bekerja mengelola kesmas di daerah bencana, revitalisasi posyandu, dan program-program kesmas lainnya. Penyuluhan masih ada, tapi hanya porsi kecil.

Kembali ke penyuluhan. Saya iseng tanya bagaimana mempromosikan asupan sayuran yang cukup ke beberapa orang. Semua jawabnya penyuluhan dan iklan. Yang saya tanya dokter dan lulusan kesmas. Kayaknya “penyuluhan” ini racun banget. Ga salah banget sih, tapi penyuluhan cuma secuil dari kesmas. Saya pernah ke kabupaten namanya Kuantan Singingi di Riau. Selama disana saya cuma nemu kol. Saya keluar masuk rumah makan, sayurannya ya itu aja. Kol. Termasuk di RM padang sekalipun yang biasanya menyajikan daun singkong atau pepaya. Hanya satu RM padang yang ada opsi daun pepaya ini. Saya ketika itu dua minggu di Kuansing. Saya penasaran, saya ke pasar tradisional disana karena “supermarket” ga jual sayuran. Dan dugaan saya terbukti, memang cuma kol yang dijual. Ada beberapa sayuran lain, tapi hanya sedikit dan lebih mahal. Jadi  bagaimana penyuluhan bisa meningkatkan asupan sayuran kalau sayurannya sendiri ga ada untuk dibeli?

Di kota pun ga terlalu berbeda. Pola belanja mulai berubah. Supermarket tumbuh subur. Sayangnya harga sayuran di supermarket mahal karena banyak yang hanya menjual produk “organik”, harganya bisa 10x lipat atau bahkan lebih. Makan ke restoran? Kalaupun ada di menu, harganya mahal ga masuk akal atau ga menjadi bagian dari menu utama. Lalu bagaimana? Masih mau penyuluhan dan iklan untuk meningkatkan asupan sayuran? Bagaimana dengan aktivitas fisik untuk mencegah penyakit jantung? Mau kampanye dan penyuluhan agar masyarakat mau pakai sepeda? Sepedanya lalu mau parkir dimana? Ada jalur sepedanya? Aman? Makin sehat atau makin banyak kasus kecelakaan?

Saya masih gagal paham dengan yang mencoba penyuluhan anti rokok. Boleh saja dilakukan. Tapi dari penelitian sudah jelas, yang bisa mengurangi konsumsi rokok adalah meningkatkan harga rokok dan larangan merokok di tempat-tempat tertentu (harus diterapkan dan diawasi).

Di kesmas ada sebuah model yang dikenal dengan nama socio-ecological model. Dalam model ini faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diidentifikasi. Perubahan perilaku yang berkelanjutan hanya bisa dicapai dengan mengubah faktor-faktor itu semua. Di lingkaran terdalam adalah faktor individu. Semakin keluar, cakupannya makin luas.

Contoh socio-ecological model untuk kegemukan pada anak, dan intervensi nya pun akan beda-beda.
Asupan dan pola konsumsi anak akan sangat dipengaruhi orang tua. Kalau orang tuanya minum teh botol tiga kali sehari misalnya, ya anaknya ikutan. Orang tua jarang makan sayur, ya anak pun akan jarang. Akhirnya, kalau orang tua gemuk ya anak cenderung gemuk juga.
Kalau makanan di rumah sudah oke, tapi di sekolah yang tersedia cuma jajanan yang ga sehat apa jadinya? Penyuluhan makanan sehat pun akan selalu gagal.
Kalau lingkungan tempat tinggal banyak tindak kriminal, orang tua ingin anak diam di rumah. Mungkin beri xbox agar betah di rumah.
Penyuluhan aktivitas fisik jadi sia-sia kalau ga ada ruang terbuka di sekitar tempat tinggal, tingkat kriminalitas tinggi, orang tua sibuk (jadi ga bisa mengawasi anak) dan guru olahraga di sekolah asal-asalan.

  • Jadi kegiatan kesmas untuk pencegahan kegemukan pada anak pada akhirnya seperti ini
  • membangun taman yang ukurannya sesuai dengan jumlah penduduk sekitar taman
  • taman mudah diakses oleh transportasi umum atau sepeda
  • taman harus steril dari kriminalitas seperti mabuk-mabukan dan jual beli narkoba
  • steril dari jajanan
  • guru olahraga diberi target semua siswa sanggup lari xx km, berenang xx meter, dll
  • subsidi harga sayuran
  • makan siang bersama di sekolah rutin
  • kantin sehat
  • akses air minum gratis di sekolah
  • pajak makanan ringan tinggi garam dan minuman bersoda
  • pembagian botol minum dan kotak bekal makan yang lucu di sekolah, gratis

Saya jadi ingat waktu saya pindah ke Malmo di Swedia dulu. Saya mendapat paket dari kota Malmo. Seperangkat botol minum, penutup sadel sepeda anti air, peta jalur sepeda Malmo, dan lain-lain. Diciptakan agar penduduknya sehat. Tuh kan. Kesmas bukan sekedar penyuluhan.

Semua yang saya jelaskan diatas sebetulnya hanya sebagian kecil dari kesmas. Mungkin lebih tepatnya disebut kedokteran sosial. Kesmas sendiri sebenarnya mencakup semua upaya untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, mengobati, dan rehabilitasi. Menemukan obat baru adalah kesmas. Menemukan vaksin baru adalah kesmas. Dokter bahkan sebetulnya adalah bagian dari kesmas.

Nah, saat ini saya sedang mencoba inovasi baru. Saya harus membantu dinas kesehatan meningkatkan cakupan masyarakat untuk minum obat pencegahan penyakit kaki gajah. Mirip dengan vaksinasi. Bedanya, targetnya adalah setidaknya 65% penduduk suatu kabupaten minum obat serentak di bulan Oktober. Bukan hanya anak seperti di program vaksinasi. Kendalanya sampai saat ini adalah obat dibagikan tapi ga diminum. Compliance rendah, kepatuhan minum obat rendah. Penyuluhan sudah tidak ada lagi dalam rencana saya. Sudah dicoba dan gagal, mungkin ada yang salah dengan desainnya. Terlebih lagi, tidak ada dana tambahan yang tersedia. Saya akan mencoba meminjam model-model dari sosiologi, psikologi, dan ekonomi. Inovasi perlu, karena perubahan perilaku yang diharapkan di program ini adalah serentak di periode waktu yang pendek. Kesempatannya hanya satu kali per tahun. Setelah selesai, saya akan tulis hasilnya (sukses atau gagal, beserta alasannya).

Tulisan ini mungkin ga menjawab pertanyaan apa itu kesehatan masyarakat. Tapi, setidaknya memberikan sedikit perspektif lain tentang apa itu kesehatan masyarakat. Intinya sih cuma mau bilang kalau kemas = penyuluhan itu salah besar.

 

Sumber gambar:

Davison KK, Birch LL. Childhood overweight: a contextual model and recommendations for future research. Obes Rev. 2001 Aug;2(3):159–71.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *