Dalam 12 tahun terakhir saya sudah memiliki 10 handphone, tapi dua diantaranya sebagai handphone pelengkap. Meskipun sebenarnya saya bisa dibilang ketinggalan jaman diantara teman-teman sekelas saya dahulu. Saya baru punya handphone sekitar tahun 2002 akhir.
Handphone pertama yang saya punya Motorola startac, yang dulu sangat populer. Saat itu simcard perdana harganya masih ratusan ribu. Startac ini kalau ga salah pemberian orang tua atau kakak. Bukan baru, tapi barang second. Simcard perdana? Jelas simpati. Sayangnya startac sering error dan baterenya mulai mengecewakan. Kemudian saya mulai mengumpulkan uang untuk membeli handphone baru pertama saya pertengahan tahun 2003. Masih motorola, tipe T190. Harganya 800 ribu rupiah. Bentuk desainnya candybar berwarna biru.
Karena teman-teman sekelas mulai beralih ke Nokia (nokia 3310, 8210, dan 8250 sedang trend), saya pun akhirnya mengumpulkan uang jajan untuk beli Nokia 8210 awal tahun 2004. Harganya kalau ga salah 1.8 juta. Sangat puas dengan handphone ini, tapi ada satu kekurangan, yaitu kapasitas inbox hanya 40 saja. Saat masih punya 8210, saya juga mulai pakai samsung fren sch n356 yang kemudian diinject nomor esia. Esia ini dulu bikin geger dengan tarif terlalu murah. Telepon sesama esia dihargai 50 rupiah per menit, dan kalau sudah satu jam, hanya dikenakan tarif seribu rupiah saja. Padahal tarif simpati masih sekitar 800 rupiah per setengah menit. Gara-gara esia ini saya sering bertelepon berjam-jam. Kadangkala sengaja telepon hingga satu jam (ke toilet dulu, ke warung, dll) agar biayanya cuma seribu.
Handphone berwarna mulai muncul diawali sony ericsson t68i. Saya pun ikut berganti. Kebetulan kakak saya punya warung kecil-kecilan jualan voucher dan handphone seken. Nokia 8210 saya ditukar dengan samsung sgh x600 di tahun 2005 yang layarnya sudah berwarna, polyphonic, dan kamera vga nya bisa diputar (hello selfie). Handphone ini akhirnya hilang di angkot jurusan cimindi-sederhana sekitar akhir tahun 2007 atau awal 2008, sehingga hanphone esia saya jadikan handphone utama saya walaupun baterenya sudah bengkak.
Mulailah berburu handphone berikutnya awal tahun 2008. Pilihan dijatuhkan ke sony ericsson g705 karena ada fitur gps, edge (internet), walkman digital, install aplikasi, dan wifi. Bukan barang baru, tapi seken. Dibeli dari kaskus, sekaligus pertama kalinya transaksi jual/beli di kaskus. G705 ini bentuknya sliding. Keypad bisa diakses dengan menggeser layar keatas. Puas sekali dengan g705. GPS rajin saya gunakan saat bepergian. Malah gara-gara GPS ini saya sering berpetualang mengendarai motor sampai ke Jakarta (paling sering), kab Bandung, Banten, Tasik, Yogya, Palembang, dan banyak tempat lainnya. Peta saya buat terlebih dulu di komputer bersumber dari google maps kemudian dipindahkan ke G705 agar bisa dipakai secara offline. Fitur walkman menemani perjalanan berjam-jam mengendarai motor. Sayangnya karena berupa sliding phone, G705 sempat rusak tiga kali karena kabel fleksinya sobek. HP ini masih saya simpan dan mungkin akan saya perbaiki lagi kabel fleksinya. Saat masih memiliki G705, saya juga membeli hp Haier D120p yang dibundling dengan paket internet unlimited smart. D120P ini CDMA 1x sehingga saya bisa menggunakannya sebagai modem dengan kecepatan up to 153 kbps. Selain itu hp esia saya juga masih digunakan.
Setelah blackberry dan smartphone mulai ramai, saya membeli smartphone pertama saya Samsung Galaxy Gio pada Mei 2011. Awalnya coba cari di kaskus, tapi karena saat itu handphone Gio ini sedang nge-trend jadinya jarang yang jual seken. Mau ga mau musti beli baru. Akhirnya saya punya whatsapp! Gio punya fitur yang lebih baik dibandingkan G705. Lama kelamaan baterenya mulai ngedrop. Layar yang cuma sebesar 3.5 inch terlalu kecil buat jempol saya.
Berlanjut ke hp berikutnya yang masih saya pakai hingga sekarang, Lenovo P770. Kelebihan utamanya kapasitas batere sebesar 3500 mAh! Pada dasarnya P770 sama dengan Gio tapi batere tahan jauh lebih lama plus layar lebih besar (4.5 inch). Berhasil beli seken di kaskus dengan kondisi yang masih seperti baru seharga 2.3 juta sekitar Agustus 2013 sebelum saya berangkat di Swedia. P770 ini juga pada saat saya beli sedang populer karena terkenal dengan baterenya yang tahan lama. Saya pernah menggunakan P770 selama 5 hari sebelum akhirnya butuh di-charge lagi. Smartphone mana yang bisa seperti itu coba? Beberapa bulan pertama di Swedia sempat frustasi dengan P770 karena mobile internetnya tidak berfunsi. Akhirnya P770 ditemani Gio. Gio berfungsi untuk mensharing internet ke P770 saya kalau sedang berada di jalan karena selama di Swedia saya selalu punya akses ke wifi di apartemen, kampus, ataupun apartemen teman. Kemudian P770 ini pernah jatuh ke toilet (bayam!). Untung masih ada Gio selama P770 dibersihkan dan dikeringkan. Ajaibnya setelah berfungsi kembali, mobile internet P770 bisa digunakan. Yippie! Sayangnya setahun terakhir di Swedia P770 pun mulai bermasalah. Yang paling utama wifi nya sering putus koneksi, sehingga harus di-reboot. Terkadang fungsi telepon dan sms ga bisa digunakan. Kamera utamanya terkadang ngadat pula.
Handphone terbaru yang saya punya adalah Xiaomi Mi4i. Saya beli bulan Mei 2015 saat saya masih berada di Swedia karena P770 mulai bermasalah, tapi belinya dari toko di Indonesia dan dikirim ke alamat rumah di Cimahi. Sampai sekarang belum bisa menggantikan P770 karena beberapa alasan. 1. semua data masih di P770; 2. P770 lebih nyaman digenggam karena Mi4i terlalu tipis. 3. ketahanan batere juga dibawah P770. Mungkin nanti Mi4i akan saya jual kalau masih belum nyaman digunakan juga. Kenapa sih vendor hp berlomba-lomba membuat hp tipis padahal ga enak digenggam, dan kapasitas batere jadi terbatas. Buat saya pada akhirnya Mi4i cuma unggul di satu hal: kamera. Kamera utama 13MP kulitasnya bagus dibandingkan 5MP P770, dan kamera depan 5MP dibandingkan 0,3MP P770. Saya senang fotografi tetapi kadang malas bawa kamera Olympus saya. Dan saya sebelumnya sering videocall. Jadi keunggulan kamera Mi4i saya perlukan. Kita lihat saja nanti, apakah mi4i jadi hp utama saya atau berakhir saya jual kembali. Lesson learned: lebih baru dan lebih mahal bukan berarti lebih baik.
Lengkap sudah 10 hp yang pernah saya gunakan, bagaimana dengan kamu?