Lima hari yang lalu saya mendapat kabar teman saya meninggal dengan bunuh diri. Saat itu saya sedang berada di Sulawesi Tengah untuk keperluan pekerjaan. Saya langsung merasa kaget dan terpukul. Dia memang punya pikiran bunuh diri sudah lama, tapi dua minggu terakhir saya malah merasa dia ada kemajuan.
Saya sebelumnya tidak mengenal dia. Dia menemukan blog saya tentang depresi dua bulan yang lalu. Kemudian dia menghubungi saya melalui whatsapp. Besoknya kami langsung bertemu di cafe di Bandung. Kami berbicara banyak saat bertemu, kebanyakan saya hanya mendengar ceritanya dengan seksama sambil sesekali saya bilang saya mengerti apa yang dia alami. Kami bertemu sekitar jam 10 pagi dan pulang jam 6 malam. Dia bercerita mulai dari masa kecilnya sampai lulus S2 dengan predikat cum laude. Dalam ceritanya saya tidak bisa mengidentifikasi pemicu depresinya. Dia bilang dia tiba-tiba saja kehilangan tujuan hidup dan mati rasa. Segala pengobatan pernah dia jalani, mulai dari pengobatan modern sampai ke dukun.
Kami sepakat malamnya akan saya antar ke psikiater yang merawat saya. Karena sudah malam, saya tidak menunggu dia sampai selesai konsultasi dengan psikiater. Dia meminta saya untuk pulang saja dan bertemu di lain waktu.
Kami tidak pernah berjumpa lagi. Komunikasi kebanyakan hanya melalui whatsapp. Dia sangat berterima kasih telah bertemu dengan saya. Dia merasa selama ini melaluinya sendirian saja. Dia mengira dia satu-satunya di dunia yang mengalami ini semua. Anak dan istrinya pun sama sekali tidak tahu apa yang dia alami, termasuk luka bekas sayatan di tangannya yang dia bilang hanya jatuh dari motor. Dia takut kalau keluarganya tahu akan meninggalkan dia.
Walaupun kami sering ngobrol di whatsapp tapi kami tidak pernah bertemu lagi. Janji untuk bertemu saat dia konsultasi ulang ke psikiater pun tidak pernah terjadi. Dia tidak pernah datang kembali ke psikiater walau sudah saya bujuk, walau saya tawarkan akan saya temani, walau saya bilang saya akan jemput.
“Lagi pengen mati”, biasanya pesan whatsapp dia dimulai dengan kata-kata itu. Kemudian saya ajak ngobrol, terkadang saya telepon. Saya ga pernah membujuk dia untuk tidak bunuh diri. Saya hanya ajak mengobrol saja agar bebannya bisa berkurang. Dua atau tiga kali saya masih sigap. Tapi besoknya, besoknya lagi, dan lagi saya mulai kehilangan kata-kata. saya bingung menghadapi seseorang yang berkata tiap hari mau mati. Satu hari dia menulis “Dri, gw tadi mau ngebut terus nabrak tembok aja, tapi ga jadi”.
Setelah tiap hari mendengarkan ceritanya upaya bunuh dirinya, perlahan-lahan dia mulai membaik. Dalam dua minggu terakhir sebelum dia meninggal dia pernah berkata dia sudah mulai semangat lagi dan akan pergi ke psikiater dan mulai berolahraga. Dia sudah tidak menulis ingin mati lagi. Saya merasa ini adalah sebuah kemajuan yang positif. Tapi saya ternyata sangat keliru.
Kamis pagi 26 Mei 2016, istrinya menemukan dia tergantung tak bernafas.
Istrinya menemukan kontak saya setelah membuka handphone suaminya.
Saya belum sempat bertemu istrinya dan keluarganya karena masih sibuk dengan pekerjaan saya. Saya perlu memberi pengertian kepada mereka. Saya ingin mengatakannya langsung, tidak melalui telepon. Walau mungkin istrinya sudah bisa membaca isi percakapan kami di whatsapp.
Kini saya bisa mengerti bahwa penderitaan karena bunuh diri tidak hanya dialami oleh yang melakukannya, tetapi juga dialami oleh orang-orang sekitarnya. Saya yang hanya mengenalnya selama dua bulan saja merasa sangat terpukul dan hampir jatuh kepada depresi lagi. Saya tidak bisa membayangkan penderitaan istrinya yang melihat langsung suaminya telah meninggal dengan gantung diri.
Ini mengingatkan saya kembali bahwa orang yang menderita depresi dan gangguan mental lainnya sangat mahir berpura-pura baik-baik saja. Saya juga dahulu begitu, bisa tersenyum bahagia walau sebenernya sedang menahan diri untuk tidak bunuh diri.
22 Comments
fauzi 8 years ago
Nice blog. Keyword google saya ingin mati mengantarkan gw kesini. sebenernya gw jg sering kyk begini ni lalu timbul pertanyaan knp gw hidup? Apa tujuan gw hidup? Kenapa tuhan menunjuk gw tuk hidup knp kgk orang lain aja yg hidup toh duniapun baik-baik saja tanpa gw.
endri 8 years ago
Halo Fauzi, itu bagian dari gejala depresi. Membuat kita merasa ga berharga lagi. Tapi kalau sudah terapi, kita akan mulai merasa ada artinya lagi.
yong 8 years ago
pakdhe gue beberapa bulan yang lalu jga gini, gantung diri. dia sudah lama sakit skizo, tiap bulan kontrol ke rumah sakit. tapi beberapa bulan sebelum dia bunuh diri, dia murung, sedih seperti orang depresi, dan selalu bilang kalau dia mau mati. sampai akhirnya dia ditemukan tak bernyawa, tergantung di kusen jendela.
Arun 8 years ago
Saya benar-benar kagum sama mas, bisa men support orang yang tadinya nggak dikenal, dengan support yang tidak judgemental. Anda berhati emas, mas. Saya juga pernah depresi, dan saat itu saya juga menarik diri dari teman-teman saya. Saya sendiri juga sadar kalau saya memberi energi negatif ke teman-teman saya. Dan beberapa teman saya pun merasa ‘fed up’ dengan kenegatifan saya yang nggak hilang-hilang. Orang yang bisa ‘tahan’ (apalagi memberi support terus menerus) terhadap orang depresi, dia adalah orang yang sangat baik. Saya tersentuh.
endri 7 years ago
Terimakasih. Saya cuma blogger koq.
Art 7 years ago
Halo, Kak Endri, setelah membaca beberapa posts dan komentar, saya baru sadar saya dulu juga sempat mengalami gejala depresi. Dulu saat studi S1 sering banget muncul pertanyaan di dalam pikiran saya sendiri “Apa sih gunanya aku hidup?” “Kayaknya kalo aku mati juga gak bakalan ada yang peduli” dan semacamnya.
Biasanya sih itu muncul kalau saya lagi capek dan saya sendirian (karena kuliah merantau), saat saya merasa gak ada satu orang pun di samping saya untuk membantu saya melewati beban dan tanggungjawab yang saya punya. Apalagi saya tergolong orang yang cukup tertutup. Saya punya beberapa teman, sering juga main bareng, tapi sering kali saya merasa bahwa mereka hanya teman main, bukan orang-orang yang benar-benar ada buat saya pada saat-saat sulit saya.
Saat ini saya tidak pernah lagi merasa begitu, karena saya bersama keluarga saya.
Saya setuju, nampaknya salah satu penyebab munculnya dan yang membuat depresi semakin parah itu rasa kesepian.
Pada akhirnya saya sadar bahwa menghilangkan ekspektasi terhadap orang-orang sekitar itu penting banget buat menekan perasaan ditinggalkan.
Bagi saya, keluarga adalah orang-orang yang sebenar-benarnya peduli pada saya, maka mereka adalah orang yang paling tahu saya karena saya terbuka pada mereka.
Dan lagi, menurut saya satu-satunya tempat untuk berharap adalah Tuhan. Saat kita melepaskan semua ekspektasi, kekecewaan, dan menyerahkan kehidupan kita sepenuhnya di tangan Tuhan, rasanya hidup ini lebih mudah untuk dijalani.
Wah kepanjangan komen.
Intinya, tulisanmu bagus , Kak, dan sudah saya share untuk teman saya juga.
endri 7 years ago
Terimakasih. Semoga tulisannya bisa membantu banyak orang.
Lory van mook 7 years ago
Ya Tuhan, berikan aku kesabaran yang kuat, kuatkan mental ku! Agar aku tidak merasa sendiri lagi… ( walau sebenarnya i feel so lonely and miserable ๐)
endri 7 years ago
Hi Lory, kamu ga sendiri koq. Buktinya kamu berhasil menemukan blog ini. Mungkin balasan ini sangat terlambat sekali. Saya mohon maaf.
Lory van mook 7 years ago
Tujuan hidup ini buat apa sih, kalau ujung ujungnya mati juga…, kan ada 2 kemungkinan aja.. yang pertama alam yang memaksa, dan yang kedua ya gitulah…
No name 7 years ago
Aku mau crita bole?
Aku udah mulai berpikir untuk bunuh diri dari saat aku nikah. Jadi aku tuh nikah karna hamil duluan. Jd terpaksa berenti kuliah. Sampe akhir nya aku nikah sama suami aku skrg tapi kehidupan aku tuh makin susah, yg membuat banyak beban pikiran di aku. Bukan karna laki ku nakal, atau suka main tangan. Org nya masi kaya bocah. Aku sbg istri pun kdg ngerasa ga di perduliin gitu. Skrg anak ku udah 3 tahun. Tapi dari kecil kurang kasi syg dari papi nya. Stiap kali aku ada masalah sm dia, ak berpikir untuk mengakhiri hidup. Sampe aku cariโ di google gmn mau bunuh diri. Tp mmg belom ada cukup keberanian buat ngelakuin itu. Tp setiap kali aku ada masalah aku slalu bepikir untuk itu. Jd aku ngerasa idup aku ini pgn ada rasa kasi syg dr suami , tp suami pun cuek, dan akhir nya saling menyalahkan satu sama lain. Berkaliโ aku ngerasa ga puas sama idup ini. Ngerasa kenapa idup aku lebih nerat di banding teman ku yg lain. Idup yg paling susah di banding saudara ku yg lain. Mmg aku di depan kluarga sama teman itu org nya menurut mereka masa bodo sm hidup , mau ada masalah apapun aku ttep tersenyum sama mereka, nunjukin kalo diri aku tuh ga lemah. tp dalam hati ku sbener nya nggak.
Aku mau bunuh diri pun. Masi mikirin anak. Dan skrg aku hamil lagi 3 bulan. Aku ngerasa belom mau punya anak lg. Krna suami ku org yg belom bisa dewasa. Anak 1 aja ga keurus, kalo 1 lagi kluaf mau gimana anak ku nanti? Dan skrg beban pikiran ku malah nambah lagi.
Aku makin ngerasa makin banyak masalah tanpa ad yg bisa di selesaiin.
Aku bingung harus ngapain. Kalo di liat masalah gini psti bnyak yg bilang kenapa harus di bawa stres, di pikirin. Tapi hati ku nggak. Aku rasa seperti kekurangan kasi syg dr suami. Dan pikiran untuk anak ku ke depan.
endri 7 years ago
Hi, membaca cerita kamu saya merasa tidak bisa berbuat banyak untuk kamu. Terimakasih sudah berbagi cerita walau kamu sendiri mungkin tahu bahwa saya tidak bisa membantu. Semoga kamu juga bisa bercerita ke teman agar beban kamu bisa sedikit berkurang. Tidak akan menyelesaikan masalah memang, tapi punya seseorang yang bisa dipercaya saat hanya ingin berkeluh kesah dan didengarkan bisa sangat berarti.
Rubiyanti568 6 years ago
Di usia ku yang ke 27 aku merasa depresi banget karena baru putus dari pacar. Aku yang pilih memutuskan karena merasa hubungan sudah ga sehat. Di satu sisi aku memiliki kekhawatiran omongan orang sekitar,udah umur 27 masih belum nikah. Tp aku ga mau pura2 bahagia dengan hubungan yang tidak sehat itu. Pusing karena baru putus membuat pikiranku berkecamuk.
Saat ini tinggal dikosan sendiri dan merantau,sering dilanda kesepian,keluarga jauh, teman2 sibuk. Hidup rasanya kosong, hampa.merasa hidup di usia 27 tahun ini ga ada yang berarti. Status karir masih karyawam biasa, belum ketemu jodoh, cuma bisa bantu sedikit2 keuangan keluarga dikampung. Kadang suka membandingkan diri dengan teman seumuranku yang sudah mendapat pencapaian yang luar biasa. Hidup mereka sepertinya berjalan sesuai keinginan, kuliah,kerja lalu menikah. Sementara aku putus asa. Aku benci terlalu dibangga2kan dikampung halamanku, padahal aku tidak sehebat itu.
Bry 6 years ago
Jaman sekarang wajar umur segitu cewek belum nikah, jaman nenek gue umur 18 belum nikah itu bikin was-was ortu (nenek gw menikah umur 16), sekedar perbandingan.
Ollaasxhdhh 6 years ago
Btw langsung intro aja ya ka sedikit gw ceritain pengalaman gw, dr kecil gw bisa dibilang anak yg ceria dan heboh bgt ka gk disekolah gk dilingkungan masy, gk dirumah pokonya gw anaknya selalu ceria dan aktif bgt anaknya diusia gw ygke 16 tahun ini yg masih terbilang muda dan masih labil saya merasa makin kesini ko gw malah ngerasa menjadi sosok yg jomplang bgt dalam artian gw ngerasa gw bukan gw yg dulu lg, gw suka minder, sedih, dan males ketemu sama orang bahkan temen gw sendiri gk cuman itu gw jg kehilangan semangat gw dan hobi gw merasa gw udh tersesat gw gk tau jadi diri gw klo misalnya gw buat kesalahan trs ada yg nanya kenapa kmu ngelakuin itu gw cuman bisa bilang ya gk tauuu karna jti diri gw sendir aja gw gk tau intinyaaa gw merasa hidup tuh muak bgt mulai dr sahabat, keluarga, semuanya bener2 berubah gw pingin balik lg ke 5 tahun yg lalu gw gk siap buat bertumbuh karna gw orgnyaa bener2 cuek bgt sekrng gk kaya duluuu gw selalu excitedd sumoahhh keknya gw udh depresi berat deh ka gw jenuh bgt pinginnya gw gk ush dilahirin org2 kenapa sih berubahhh gw ngerasa org org selalu mempersulit hiduo gw ka gw ngerasa gw pingin matii gw udh coba ke psikolog ka tpi itu pun gk ngebantu kek masa lalu gw sma sekrnggg itu bener benerr kek jadi satuu kaa gmasa lalu gw yg pernah berfikir untk bunuh diri trjdiii sekrng kaa ka gw gk tau hrus ngapain !!!
Kevin Hartanto Buntara 5 years ago
Gw pun juga sepemikiran sama loe juga. Gw itu orangnya tbh cheerful, suka bergaul, suka belajar hal baru, dsb. Pas mulai umur 20an gw jadi berubah banget man dari periang jdi agak pasif aka gak kek dulu lagi. Sampe2 gw hampir mau loncat dari Tempat kos Di SG karena gak tahan man depressed dewa, sama gak tahan gak disukain banyak teman gitu sampe punya pikiran gw harusnya ga lahir di muka bumi ini. Udah sampe kesana sini tapi ga menbantu juga, baru dapet psikiater Yang bener2 mengerti banget sama gw plus untungnya hampir banyak temen khawatir juga gw kenapa2 kalo andai kata gw mati or loncat, ujungnya gw malah ngecewain semuanya, sekarang aja kadang ampe mikir gak ada semangat hidup lagi.
Bry 6 years ago
Jaman sekarang wajar umur segitu cewek belum nikah, jaman nenek gue umur 18 belum nikah itu bikin was-was ortu (nenek gw menikah umur 16), sekedar perbandingan.
Oka 6 years ago
Kak boleh minta kontaknya? aku juga pengen cerita banyaaaak sekali :((
Lia 5 years ago
Hemm. Lia pengen nanya kak.
Kan aku habis baca blog ini.
Terus dia paragraf terakhir kaka bilang “bahwa orang yang menderita depresi dan gangguan mental lainnya sangat mahir berpura-pura baik-baik saja.”
Nah, aku sering nih ngerasa gk berguna, dll. Tapi tetep mencoba utk berfikir positif. Padahal udah ke psikiater. Tapi kenapa tetep ad perasaan ingin bunuh diri?
Memang disini. Aku di kenal sebagai orang yg “bahagia” padahal sih aslinya enggak, hahaha. Hmm mungkin gara2 bullying sih.
Pada tahun 2018 september 20
Lia pernah tuh nyoba buat bunuh diri, pake cutter. Tapi gagal. Nah, dari semenjak kejadian itu. Lia pengen berubah, jadi lebih bahagia, dan positif. Sahabat lia jago banget nutupin masalah dia, padahal kan kata temen deket dia, yg knl dia lbh lama dari aku. Pernah bilang klo dia tuh “depresi”. Klo masalah “anxiety” lia udh tau. Tapi lia bener2 shok yg pas tau, kalau sahabat lia depresi. Dari saat itu. Lia mulai berfikir lebih positif. Dan mencoba buat kelihatan bahagi, hehehe.
2020 january 7
Lia masuk semester 2
Lia yg pas haru senin gk masuk gara2 ad “masalah” nah yg pas lia masuk. Tanggal 7. Meja dan bangkunya lia diganti. Jadi yg rusak, padahal sebelumnya gk kayak gitu…
Awalnya sih gpp. Aku msh bisa. Tapi lama lama nalah jadi makin parah. Lia malah dibully lagi ๐
Dikelas lia tuh gk punya temen. Palingan cuman 1-2 orng doang yg masih mau bicara sama lia. Padahalkan gk ad yg aneh dari lia. Ya, mungkin aku gk secantik mereka. Tapi mereka gk berhak utk memperlakukan orng seenaknya. Dunia ini bukan milik mereka. Sama kyk badan lia dan nyawa lia. Ini bukan milik aku. Ini milik tuhan. Yg diatas. Pernah waktu itu kepikiran utk ngebalikin ini semua ke yg diatas. Tapi mengingat dosa ๐ Lia gk jadi bunuh diri. Mereka bilang tubuh ini harus dijaga. Gk bole dilukain atau dirusak, ntar dosa ๐
Udh lah lia gk tau mau nulis apa. Susah aja gitu menceritakan kisah lia dng kata2 ๐
Maaf mengganggu
Terima kasih.
Ngerasa lambat bikin keputusan 4 years ago
Gak tahu harus cerita ke siapa, ngerasa selalu membuat keputusan yang salah
agung selembar_84 4 years ago
halo semua,
aku ingin mati,
ya Tuhan cabutlah nyawaku sekarang,
ya Tuhan aku ingin mati sekarang.
inilah kata kata yang ada dalam pikiranku saat ini, ada dalam pikiran yang kadang terucap dalam lirihnya lisan.
kiranya tak perlu kuperkenalkan namaku, sekedar informasi saja, aku seorang lelaki, untuk ukuran kehidupan normal di kampung, boleh dikatakan aku adalah orang yang sempurna, bahkan mungkin sangat sempurna (maaf tdk brmksd sombong). aku berasal dari keluarga yang baik dan kondusif, keluarga yang berkecukupan secara materi, keluarga yang punya latar belakang agama kuat, keluarga yang cukup memperhatikan pendidikan, keluarga yang cukup terpandang untuk ukurang sebuah kampung. masa kecilku cukup bahagia, begitu juga masa remaja dan setelahnya, segala kebutuhanku dicukupi oleh orangtuaku. pendidikanku lumayan juga, aku adalah seorang sarjana, menurut penuturan beberapa teman aku termasuk orang yang cerdas dan pintar. aku mudah bergaul, teman2ku banyak, dan aku merasa teman2 cukup gembira dengan kehadiranku. aku sudah bekerja, sebuah pekerjaan yang cukup terpandang, meskipun dari segi materi tidak terlalu banyak, tapi aku senang dan bersyukur.
inilah sekedar gambaran tentang diriku, termasuk masa laluku yang cukup indah, yang kadang aku membayangkan kalau kira Tuhan memberiku dua pilihan maka salah satu pilihan yang aku pilih adalah “kembali ke masa lalu”, karena sangat bahagianya aku dimasa lalu. perjalanan hidupku bukan tanpa maslah, seperti yang lain akupun pernah dapat masalah, tapi tidak seberat apa yang akan aku ceritakan berikut.
maaf sedikit panjang,
setelah aku renungkan terutama akhir akhir ini setelah melewati perjalanan hidup sekian lama, ada satu hal yang membuat aku sangat sangat lemah, membuat aku berada di titik terbawah (orang mengatakan depresi), yaitu masalah “cinta”. aku tidak banyak jatuh cinta, tetapi aku mulai mengenal cinta sedari kecil, mulai seumur kls akhir SD. cinta yang datang begitu saja secara alami, demikian juga pada masa remaja ada seseorang yang aku cintai, cinta yang datang begitu saja secara alami. kedua cintaku ini tak terucap hanya tersimpan didalam hati, meskipun tak terucap aku merasa cintaku sangat besar, sangat dalam terhadap sosok tersebut. bahkan dalam beberapa kesendirian sampai meneteskan airmata. inilah mungkin kelemahanku “sangat tertutup dalam masalah cinta”,. tak pernah kuceritakan pada orang lain “entah mengapa”.
terakhir aku bertemu dengan seseorang, ia teman kecilku, tapi kami sangat jarang ketemu, sekolahan kita dari SD dan selanjutnya berlainan, dan setelah lulus SMA, ia harus bekerja di luar kota sedangkan aku bersekolah diluar kota yang lain. suatu ketika aku lulus dan pulang, dia pun karena suatu sebab juga pulang ke kampung. kami sama2 sdh dewasa, beberapa kali kami ketemu dalam sebuah pertemuan. pendek kata kemudian kami saling mencintai. inilah pertamakalinya aku jatuh cinta dan mengungkapkan cintaku, inilah pertamakalinya aku punya pacar.
aku yakin cintaku kepadanya adalah cinta sejati, cinta yang dianugerahkan Tuhan kepadaku, cinta yang berasal dari lubuk hati seorang insan, cinta untuk saling memberi kebahagiaan. demikian juga cintanya kepadaku.
pembaca yang budiman, inilah awal penderitaan kami, ternyata orang tuaku terutama ibu tidak merestui hubungan kami, oleh suatu sebab yang tidak perlu aku ceritakan disini. tetapi kami tetap berjalan sambil berharap orang tuaku luluh hatinya, berharap Tuhan mengabulkan do’a do’a kami berdua. tak terasa kami berpacaran mungkin sudah sekitar delapan tahun, waktu yang cukup lama untuk pacaran apalagi bagi kami yang secara umur sudah agak terlambat untuk menikah.
akhirnya dia memutuskan untuk menikah dengan pria lain, bukan karena ia sdh tidak mencintaiku, tetapi ada faktor2 lain yang mendesaknya untu segera menikah (diantaranya adalah sikap ibuku yang tak kunjung membaik, kemudian desakan keluarga agar segera keluar dari krisis ini, kemudian anggapan negatif nasyarakat dll).
perpisahan inilah yang membuat aku sedih (depresi), berpisah dengan wanita yang selama ini sangat aku cintai, yang sangat aku sayangi. aku tidak menyalahkan dia yang kemudian memilih berlabuh dengan yang lain, karena aku sangat memahami keadaanya. tidak mungkin ia terus menunggu tanpa ada kepastian dariku. aku lebih suka menganggapnya bahwa akulah yang meninggalkanya, bukan dia yang meninggalkanku. akupun tidak akan menyalahkan siapapun, apalagi dirinya, ini adalah takdir dari Tuhan untuk kami. kalaupun ada yang ingin dipersalahkan maka akulah pihak yang paling bersalah dalam masalah ini.
cerita ini mungkin biasa bagi kebanyakan orang, tapi bagiku yang sangat rapuh ini, terasa sangat dan sangat berat, sampai aku mengatakan “AKU INGIN MATI”.
penutup :
teruntuk kekasihku tersayang,
maafkan aku yang tidak bisa mewujudkan cita cita kita.
kudo’akan semoga kamu diberi kemudahan, kebahagiaan dan lindunga-Nya,
cintailah suamimu sepenuh hati dan satu satunya.
mudah2n Tuhan mempertemukan ku dengan mu di alam kebahagiaan, amiin.
No Name 4 years ago
Thanks artikel, sebenernya gw juga ngerasa gak layak hidup, gw kerja sebagai IT punya istri punya anak 2 (cw dan co). tp selama 4 bulan belakangan gw merusak hidup mereka dengan berselingkuh dengan orang yang gw anggap gak kenal banget tp gw ngerasa deket sama dia, istri ku tau aku berselingkuh di sidang lah aku dengan keluarganya di caci maki aku di hardik aku memang aku salah, salah banget….hingga sampe skrng pun aku masih ngerasa di hardik and di caci maki, walapun di mulut mereka sudah memafkan, tp istri masih sangat2 maarah hingga skrng gw bingung sendiri gw udah minta maaf, tp seakan-akan banyak hal yang gw sembunyiin, gw dah kuat selalu di hardik di curigai, hubungan antar keluarga istri dan aku juga berpengaruh saling menyalahkan, memang api yang aku buat sangat parah, bingung mau gimna lagi istri minta jujur apa yang udah aku lakukan 4 bulan aku sudah cerita bahwa 4 bulan ini aku cuma makan and ketemu kmrn dengan keluarga selingkuhaku jalan2 gak ada hal zina yang aku lakukan. tp istri tetep gak percaya, semakin kesini gw makin gak ada hrga gak ada semangat, memang salah apa yang gw lakuin, asli gw dah gak kuat hidup kyk gini, gw memang beneran salah, sumpah gw udah gak ada keinginan buat maju or melangkah gw juga dah gak semngat asli niat gw udah kearah bunuh diri wasiat sudah gw siapin, asli gw gak gak kuat……..asli gw salah,,,,,,,,mudah2an istri gw baca ini……gw gak kuat lg…….kepala udah penuh banget,,,,,,,,,thanks,