Saya dahulu sering berinteraksi dengan orang-orang yang depresi, atau setidaknya mempunya rasa trauma. Saya bekerja di Yayasan yang kegiatan utamanya memberikan pertolongan kepada korban bencana alam. Gempa padang, longsor cianjur, longsor perkebunan teh pasir jambu, tsunami Mentawai, dan lain-lain. Mereka para korban bencana yang masih hidup kehilangan anggota keluarga dan atau harta benda. Mereka dari semua kelompok umur, bayi hingga tua renta. Saya ga pernah berpikir bagaimana perasaan mereka. Saya hanya tahu mereka sedih, trauma, dan butuh bantuan.
Kini saya sendiri yang depresi. Sudah tiga bulan lamanya. Sungguh saya ga pernah berpikir bahwa saya akan depresi.
Kini saya mengerti bagaimana rasanya depresi. Seperti dijatuhkan kedalam sumur yang dalam tanpa bisa memanjat keluar. Memang banyak orang lain yang lebih buruk situasinya daripada saya, tapi saya tetaplah berada di dasar sumur. Count my blessings? Ga ada gunanya saat saya masih berada di dalam sumur. Obat-obatan hanya membuat saya merasa nyaman berada dalam sumur, dan membantu saya tidur belaka.
Berat rasanya menerima bahwa saya depresi. Jangankan menerima, mengakui saya depresi saja sulit. Saya bergelar dokter, baru saja lulus master kesehatan dari Swedia, saya sempat mengajar untuk kelas master selama setahun di Swedia, menjadi mentor pribadi mahasiswa master berkebutuhan khusus, ketua perhimpunan pelajar di Swedia, pernah memegang proyek kesehatan di 14 provinsi, dan lain-lain. Saya bersembunyi dari semua orang, jangan sampai ada yang tahu saya depresi. Saya ga mencari pertolongan karena saya ga menerima saya depresi. Saya diam dan berharap semuanya berakhir ketika saya membuka mata di pagi hari. Saya hanya bisa mengurung diri dalam kamar. Makan pun menjadi sebuah aktivitas yang penuh perjuangan. Saya harus melangkah keluar kamar, mengambil piring, mengambil nasi dan lauk pauk, mengunyah semuanya sedikit demi sedikit, lalu menelannya. Semuanya harus dilakukan ditengah rasa mual dan kerap kali muntah. Lalu untuk apa lagi sih saya makan?
Depresi telah mengubah saya, mungkin untuk selamanya. Perubahan yang paling sulit adalah depresi membuat saya merasa saya orang yang gagal. Bahwa semua pencapaian saya dalam hidup selama ini tidak nyata, hanya mimpi belaka. Bahwa orang gagal yang saya lihat dalam cermin adalah saya yang sebenarnya. Saya kehilangan semangat dalam semua aktivitas, termasuk hobi-hobi saya. Semuanya menjadi tidak menarik lagi. Ironisnya usaha orang-orang terdekat untuk membantu saya bangkit malah membawa saya semakin jatuh dalam depresi. “kan dokter, dokter harus tau dan bisa ngobatin diri sendiri”, “masa biasa penyuluhan buat bantu orang lain sekarang malah ga berkutik”, “masa Endri yang hebat, yang ngajarin aku…malah depresi”, dll. Menyanjung-nyanjung pencapaian saya dahulu membuat saya semakin merasa orang gagal. Saya pun jadi sering salah berucap dan bertindak, yang pada akhirnya malah menyakiti orang-orang terdekat saya. Diam sepertinya jauh lebih baik. Diam dan diam.
Mereka yang tidak pernah depresi mungkin tidak akan paham walaupun saya menulis berpuluh-puluh halaman. Saya saat ini memang seperti kotak pandora. Entah apa yang bisa membawa saya keluar dari depresi ini. Ga tahu harus memulai dari mana. Saat ini saya hanya hidup sehari demi sehari.
19 Comments
Rika 9 years ago
Lanjutkan Mit, nulisnya.. Keluarkan hantunya lewat tulisan… 🙂
whatever 9 years ago
seengganya situ nyadar kalok lagi depresi. itu berarti situ
mulaikenal sama diri sendiri. dan itu keren. ayo, terusin depresinya sampai mentok, sampai telanjang, sampai beneran kenal diri. kepentok apa pun mentoknya nanti di ujung pentokan, saya doakan yang terbaik buat anda. serius!mufti_kenny@yahoo.co.id 9 years ago
Dear mas Endri,
Senang sekali rasanya berkunjung ke blog ini. Saya juga penderita depresi, dan saya merasakan sulitnya memulai untuk meminta pertolongan..Saya takut dengan stigma orang2 sekitar bahwa penderita depresi adalah orag yg lemah who cant keep their shit together.The tricky thing is that mencari psikolog/psikiater yg tepat bagi kita juga tidak mudah dan belum tentu berhasil dalam sekali coba. Saya kurang cocok dgn psikolog pertama yg saya kunjungi dan skrg masih mencari gantinya.
Semoga blog ini dapat memberikan penjelasan bagi orang awam bahwa depresi adalah penyakit, yg seringkali tidak bisa ditaklukkan hanya dengan willpower semata.
Salam.:)
endri 9 years ago
Memang susah cari psikolog/psikiater yang cocok. Tapi kalau ga cocok, jangan dipaksain. Percaya deh, malah ga akan membantu kalau ga cocok.
nini 8 years ago
Emosi2 itu persis dgn yang saya rasakan mas..saya jg berencana ke psikolog. Puji Tuhan saya bs ketemu blog ini. Setidaknya,ad yg msrasakan apa yang saya rasakan.
endri 8 years ago
Ya, kamu ga sendirian. Selamat konsul ke psikolog. Harus teratur sampai betul-betul pulih.
Sarah Chrisya 8 years ago
Pertama dapat link blog mas-nya dari page awardee 🙂 Udah lama gak mampir, hari ini balik lagi and I am enjoying my time reading your blog. Keep writing and stay healthy. I’m thinking of starting to write about this demon called depression also. Wish me luck. Semoga makin banyak org yg aware nantinya, terutama di Indonesia.
endri 8 years ago
Hey, sarah. Kalau butuh temen ngobrol bisa ketemu saya atau wa di 081322247454. Semangat!
Margaretty Pitranella Naolin 7 years ago
Saya mengalami suicidal thought setahun yang lalu. Sifatnya on/off. Terakhir muncul sebulan yang lalu. Hari ini saya merasa oke.
Saya ga tahu saya termasuk depresi apa enggak. Tapi memang ada saat-saat di mana kegagalan yang saya buat, malah membuat ibu saya menangis, dan hal itu berhasil menghantui hidup saya selama 2 tahun belakangan. Hari ini saya merasa sehat. In sha Allah. Seperti Mas Endri, hanya berusaha tetap bernafas dari hari ke hari, dengan mengusahakan tetap shalat. Apapun yang terjadi, terjadilah.
Sungguh, saya berterima kasih mas sudah menulis. Saya lebih suka membaca dibanding menulis. Untuk pertama kalinya saya merasa saya tidak sendiri.
endri 7 years ago
Halo Margaret. Dimana sekarang? Kalau di Jakarta mungkin sesekali kita bisa ketemu. Trims udah mampir di blog saya dan meninggalkan komentar.
You’re not alone
Retty 7 years ago
Dear Mas Endri,
saya ada permintaan. Maaf..
Bolehkah nama saya di comment blog ini ditulis “Retty” saja?
Supaya jika nama panjang saya dicari lewat Google, tidak muncul komen ini.
Saya khawatir ini akan mengganggu karir profesional, mengingat saya bekerja di dunia pemasaran.
Ini salah saya yang menulis nama lengkap, saya mohon maaf.
Jika masih bisa diedit nama saya, diedit saja.
Saya ingin comment saya tetap di sini, namun tidak menggunakan nama panjang.
Btw, saya stay di Jakarta 🙂
Thank you in advance
endri 7 years ago
sudah diedit ya Retty
NK Putri 6 years ago
Halo mas Endri. Menemukan blog ini seperti oase di tengah gurun. Senior di kampus saya yang memberi petunjuk ke blog ini. Sebenarnya saya juga hampir planning and commiting suicide. Tapi saya teringat hotine pencegahan bunuh diri dan mencarinya semalaman di Google. Sampai saat ini, saya masih butuh psikolog atau partner bertukar pikiran terkait penanganan depresi. Saya juga bekerja di sekitaran Jakarta. Kapan-kapan, saya ingin ketemu mas Endri, boleh?
Putri 7 years ago
Saya anak psikologi di bandung beberapa bulan mengalami gejala depresi. Datang ke psikolog tp sangat tidak tanggapannya. Saya jadi ragu untuk ke psikolog lain. Takut diperlakukan sama
endri 7 years ago
Waktu itu seperti apa tanggapannya? Saya dulu ganti psikiater dua kali sampai akhirnya mendapat psikiater yang cocok.
Bum 7 years ago
Haha, i feel u Pak Endri. Saya mrasa sdh depresi sejak bbrp thn yg lalu, tp baru tahu depresi itu sperti apa saat saya kebtulan baca suatu artikel tntang depresi setahun yg lalu. Saya sdh prnah k psikolog, dan mmang bnar psikolog itu bisa cocok/tdk cocok dgn kita. Saya prnah hmpir mnangis karena kata2 psikolog yg mnusuk hati saya. Kluarga sdh pasrah dgn saya karena mreka kira saya org yg slalu down sperti ini. Saya mmbuat ortu mnangis karena kegagalan mngontrol emosi saya sndiri. Ada niat buat k psikiater, tp byk yg bilang kalau obatnya tidak mmbuat bebas dri depresi, apakah bnar bgtu pak?
endri 7 years ago
Lebih banyak lagi yang punya pengalaman terbantu dengan obat. Saya salah satunya
Rainlee 7 years ago
Tulisan mas endri seperti referensi buat saya. Saya tidak tau apakah saya depresi atau tidak dan takut untuk mengecheck nya. Rasanya ada beban di kepala dan dada saya yg saya sendiri tidak tau apa itu, saya merasa atau mungkin mengharapkan kematian tapi saya tidak seputus asa itu untuk bunuh diri. Di kepala saya rasanya banyak perdebatan yg membuat saya lama kelamaan tidak mengenali seperti apa saya sebenarnya. Hal hal yg terjadi pada saya itu mmebuat saya berharap itu hanya hal hal normal atau setidak nya bukan saya sendiri yg merasakan. Walaupun saya menjalani hidup saya tapi rasanya saya lelah dan bingung. Jika berkenan tolong mas endri memberi tahu saya harus bagaimana, terima kasih