Saya membutuhkan waktu dua minggu untuk akhirnya mem-publish blog pertama saya tentang depresi. Berulang kali saya login, baca kembali tulisan saya, lalu berpikir kembali. Buat apa saya membagi cerita depresi saya? Buat apa saya menyebarkan aib saya sendiri? Bagaimana kalau kemudian orang-orang takut dengan saya, lalu menjauhi saya? Saya yang sudah tidak punya teman ini akan makin kesepian. Apa pula yang akan dikatakan orang tua saya kalau mereka tahu saya membeberkan diri di internet yang dapat dibaca siapa saja, termasuk saudara-saudara saya yang tidak tahu kalau saya menderita depresi?
Mungkin lebih baik kalau saya tuliskan dalam sebuah blog baru, anonim. Hanya untuk sebagai media sharing dalam sebuah tulisan saja bagi saya. Anggap saja curhat ke mbah wordpress. Sip, blog gratisan sudah dibuat. Tulisan pertama pun sudah di”copy-paste“. Tapi siapa yang akan membacanya? Sebenarnya apa alasan saya menulis? Kalau hanya menulis di blog anonim tanpa ada yang baca, lebih baik tulis saja di sehelai kertas. Setelah selesai, buang dan bakar.
Bagaimana kalau ada yang salah mengerti tentang apa yang ingin saya sampaikan? Bagaimana kalau komentar-komentar orang lain malah membuat saya semakin depresi. Bagaimanapun stigma sosial depresi begitu nyata. Dan betul saja, ada yang memberikan komentar saya terlalu sibuk dengan gadget, alias antisosial, dan lain-lain. Mari menghela nafas. HP saya butut, kamera sudah lama ga digunakan. Saya ga punya gadget lain. Asli berasa ditampar saat membacanya.
Saya mulai menulis atas saran dua teman saya. Satu orang menyarankan kalau saya terbuka tentang depresi saya. Memang ada stigma tentang gangguan mental, tapi kalau bukan kita (yang menderita depresi) yang melawan stigma lalu siapa? Satu orang lagi menyarankan agar saya menulis kisah depresi saya. Akhirnya mulailah saya menulis. Saya ingin depresi dikenal, agar tidak disalahpahami. Begitu banyak tulisan tentang depresi yang salah kaprah. Saya siap image saya rusak dengan menyebarkan saya depresi. Toh, saat itu hidup saya sudah tidak berharga lagi.
Respon terhadap blog saya sangat diluar dugaan. Walaupun ada satu dua pesan dan komentar yang salah paham, tapi hampir semuanya memberikan dukungan moral. Saya menangis saat membaca pesan pertama dari teman sekelas saya dari Swedia, Maha. Lalu keesokan harinya saya menangis kembali saat teman sekelas saya yang lain Madelene menyemangati saya. Dan tidak berhenti disitu, selama beberapa hari saya menerima ratusan pesan serupa. LEGA! Setelah menyimpan penderitaan ini sendiri saya merasa beban saya menjadi lebih ringan. Dan akhirnya saya bisa menangis dengan puas selama beberapa hari. Baru kali itu lagi saya menangis sejak saya menderita depresi.
Diantara ratusan pesan tersebut setengahnya datang dari mereka yang pernah atau sedang mengalami depresi. Saya senang sekaligus sedih. Syukurlah mereka sudah berhasil melalui masa depresi mereka. Tapi sebagian besar harus mengalami penderitaan itu sendirian, dan jumlahnya begitu banyak. Saya sangat tidak menyangka jumlahnya hampir 50 orang. Begitu banyak tapi baru kali ini kata depresi diperbincangkan. Sejak saat itu saya mulai keluar rumah setiap hari. Menemui teman saya satu per satu. Kami saling berbagi cerita, saling mengerti satu sama lain, saling berbagi semangat, saling mempererat pertemanan.
Dan mungkin untuk pertama kalinya kata “depresi” mulai ramai diperbincangkan karena sebelumnya tidak pernah muncul di newsfeeds facebook. Kami selalu bersembunyi sendiri. Khawatir membebani orang lain jika mereka tahu. Padahal depresi lebih cepat disembuhkan dengan dukungan moral keluarga dan teman. Semoga tidak ada lagi yang harus melalui penderitaan depresi sendirian. Berikut adalah cerita mereka.
“Saya menitikkan air mata membacanya. Seperti membuka kembali masa lalu saya. Mungkin sekarang saya sudah lepas dari depresi, tapi sepertinya saya belum bisa berdamai dengan masa lalu itu.”
“Aku coba overdosis, tapi gagal. Aku masih selamat. Aku lalu selalu berdoa pesawat yang aku naiki jatuh biar ga usah bunuh diri.”
“Aku pernah ingin bunuh diri waktu mama meninggal.”
“Aku sampai tanya temen ada yang kenal ama pembunuh bayaran ga? Aku mau sewa buat ngehabisin nyawa aku sendiri. Aku selalu ditelepon terus-terusan ama temen kalau pulang telat, takutnya aku ngapa-ngapain diri.”
“Aku punya temen. Dia mati bunuh diri.”
“Saya masih pakai topeng. Ga ada yang tahu kecuali istri. Sering saya juga ga bilang-bilang istri. Saya bahkan sampai masuk ke stage suicidal imaginnation…”
“Anak temen kerja aku juga depresi.”
“Aku menderita depresi beberapa tahun lalu, sampai aku berpikir jauh lebih baik kalau aku mati saja.”
“Mas, saya barusan baca blog mas Endri. Melalui message ini saya hendak berbagi saja mas, kebetulan belum lama ini saya juga punya masalah serius yg membuat saya nyaris depresi. Namun apapun masalahnya mas, saya diingatkan lagi oleh alam semesta bahwa kita manusia tidak sempurna dan it’s OK”
“Mengenai keinginan bunuh diri, aku pernah mengalaminya, pernah juga dihubungi org yg ingin melakukannya.. Alasan bisa berbagai macam, namun seperti Endri bilang, kebanyakan karena ingin menghapuskan rasa yang tidak menyenangkan.. untuk temanku mungkin permasalahan di keluarganya, untukku mungkin permasalahan/trauma di masa lalu yang menghantui hingga di masa depan..”
“Aku pun pernah sakit. Aku bilang aku bipolar. Dulu pernah sering nangis ada dan tanpa sebab. Kadang suka ketawa tanpa sebab juga. Aku juga sering ingin mati. Berharap setelah tidur ga akan bangun lagi. Tapi what keeps me going adalah, I have a reason to live makanya masih dikasi nafas.”
“Gw pernah kecewa banget ama Tuhan. Dia mengambil anakku. Orang lain ga akan mengerti perasaan kita. Betapa beratnya bagi kita menjalani hari. Tapi akhirnya karena Tuhan pula lah aku masih punya alasan untuk hidup.”
“Terima kasih sudah membuka diri tentang sakitmu. Aku tahu rasanya. Kamu bukanlah apa yang dikatakan depresi, walau depresi membuat kamu seolah-olah seperti itu.”
“Baru baca post mu di fb langsung nangis. Saya juga sempet depresi tapi ga sampe suicidal thought. It’s the worse feeling ever. Saya buka contact list di hp. Aku kemudian baru sadar. Aku ga punya temen yang bisa kuajak berbagi.”
“Saya shock berat. Saya gagal. Otak saya bilang ga ada yang ngerti perasaan saya yang down banget..”
“Semalam aku memikirkan kamu. Aku juga pernah dan masih berjuang melawan depresi. Satu hal yang aku pelajari dulu sangat membantu saat berada di titik terendah. Siap? “Depresi berbohong!”
“Buat gw zoloft berguna. Sampai sekarang gw masih suka ketemu psikiater.”
“Aku sangat takut menceritakan apa yang aku rasakan. Apa yang mas Endri tulis membuat aku mulai menulis juga.”
“Kamu ga sendirian! Aku juga masih menderita depresi. Tapi hidup harus tetap berlanjut, walaupun kita ga betul-betul hidup.”
“Ngatasin perasaan bunuh diri itu susah banget.”
“Papaku dulu pernah depresi. Aku dulu ga tau harus bagaimana. Bagaimana menolongnya.”
“Saya pernah mengalaminya, pikiran bunuh diri, tapi ga punya keberanian untuk melakukannya. Saya merasa prestasi saya tidak ada artinya lagi. Saya muak selalu dipuji. Saya gelisah bagaimana jika orang-orang tahu saya tidak sehebat yang mereka bayangkan. Saya berhenti menggunakan social media, saya menarik diri dari teman-teman. Lebih jauh lagi, saya ga mau keluarga dan teman tahu saya depresi. Saya khawatir membebani mereka. Saya simpan saja sendiri.”
“Gw manjet atap rumah pas SMP. Mau siap-siap loncat tapi ga jadi. Takut ga mati soalnya kurang tinggi.”
“Saya juga rutin ke psikiater kurang lebih selama 3 bulan…minum obat xanax biar bisa tidur. Saya tau banget rasanya gimana.. gabisa tidur..gabisa makan…nangis terus..badan gabisa relax..otot tegang terus…tangan gemeteran..ngerasa sendiri..ngerasa diabaikan..ngerasa ga berharga”
36 Comments
throwaway0205 9 years ago
Halo, selamat pagi Mas Endri. Senang sekali berkunjung ke blog ini, makes me feel less lonely karena ternyata ada yg mengalami hal seperti yg saya alami. Mas, ada rekomendasi psikolog/psikiater yg bagus di daerah jakarta atau bekasi? Saya kurang cocok dengan psikolog saya yg sekarang soalnya.
endri 9 years ago
Halo juga, trims sudah berkunjung ke blog saya. Kontak psikolog saya kirim lewat email ya.
feelsbadman.jpg 9 years ago
Salam kenal Mas Endri.
Saya pertama singgah di blognya awal tahun ini (Jan/Feb saya lupa). Semenjak itu sampai sekarang sering menyempatkan diri untuk membaca tulisan-tulisan baru di sini. (sempat kaget pas blognya maintenance, tidak tahu kapan bakal balik lagi)
Senang bisa ketemu blog ini (tapi bukan senang atas penderitaan mas), seperti ketemu teman seperjuangan. Tulisan di internet yang membahas depresi kebanyakan hanya memuat gejala dan definisi, sedangkan yang berjenis pengalaman pribadi jarang dan hampir semua ditulis oleh orang luar.
Saya sendiri sudah mengalami dari 4 tahun lalu. Dulu memang tidak tahu, tapi sekarang setelah banyak belajar dan baca-baca baru sadar kalau ini memang penyakit dan bahkan ada nama dan studinya tersendiri. Untungnya tidak sampai tenggelam terlalu jauh, karena terbantu oleh olahraga rutin dan pasangan saya yang pengertian. (oh dan juga buku Feeling Good-nya David Burns)
Sekarang masih belum normal memang, dan terkadang masih bisa jatuh, jadi saya berencana untuk ketemu psikolog/psikiater yang barangkali bisa membantu. Daerah saya di Tangerang/Jakarta, apakah mas Endri punya rekomendasi?
Sebelumnya terima kasih.
endri 9 years ago
Halo juga. Wah, ternyata ada secret admirer. Saya ga punya rekomendasi psikiater di derah tangerang/jakarta. Kalau psikolog dapet rekomendasi dari temen namanya Mba Anna di daerah ragunan.
Saya sendiri baru mau pindah ke Jakarta minggu depan, dan sama juga lagi nyari psikiater karena saya lagi tahap pengurangan dosis obat. Kayaknya saya akan ke dharmawangsa, denger-denger ada banyak dokter yang bagus disana.
Mungkin kapan-kapan kita bisa ngobrol santai sambil ngopi di Jakarta. 🙂
feelsbadman.jpg 9 years ago
Dengan senang hati. Kontak saya sertakan di kolom email di komentar ini.
Cheers.
Seseorang 8 years ago
Tulisan di blog ini seolah olah mewakili jeritan hati saya yang sudah sangat lelah dengan depresi ini. Sempat terbayang untuk mengakhiri hidup, tapi tak punya nyali. Kalau tak kuat, saya hanya bisa menangis. Walau saya tahu itu tidak akan mengubah yg telah terjadi.
Terima kasih sudah mau bercerita. Membaca tulisan mas endri, seperti teman curhat bagi saya yang hanya bisa memendam kesedihan ini.
endri 8 years ago
Halo, terimakasih sudah membaca tulisan saya. Semoga bisa terus bertahan dan pulih ya.
Lutfiani mutmainah 8 years ago
Saya menderita depresi sejak kelas 2 SMP th 1999 saat itu pernah berobat ke psikiater dan psikolog katanya depresi ringan..ada masa dimana saya ceria dan ada masa dimana saya menjadi sangat pendiam dan murung hal itu terus berulang sampai menikah dan punya 3 orang anak..saat ini saya sedang dalam masa murung sudah hampir 1th namun suami belum mau diajak ke psikiater..kami hanya pergi ke kyai dan diberi air doa..namun setelah minum membasuh muka dengan air tersebut keadaan saya tetap sama saya bingung sementara 3 anak saya masih kecil kecil dan saat ini sering terpikir untuk bunuh dirinya..jika ingin terpi kepsikiater suami slalu bilang kami baik bai baik saja perbanyak tadarrus pasti sembuh saya harus bagaimana
endri 8 years ago
Bu Lutfi, dukungan suami sangat penting. Tadarus bisa diteruskan, tapi disaat yang sama bisa ke psikiater juga. Kalau suami belum mau ikut, bisa berangkat sendiri dulu. Semoga suaminya suatu saat mau menemui psikiater bersama-sama.
shinni islamiyah 7 years ago
Salam kenal Ibu Lutfi dan Mas Endri,
Bagaimana kabarnya Ibu? saya sebelumnya juga pernah menderita depresi, saat saya baru lulus kuliah dan ketika sudah menjadi profesional di kantor, memiliki keinginan untuk bunuh diri, hingga ketergantungan obat tidur. Alhamdulillah sekarang saat ini saya dapat bangkit kembali, bagi saya saat itu selain datang ke psikolog adalah dengan memperbanyak shalat tahajud, kiranya jika Ibu butuh teman untuk berbagi, adakah alamat email yang dapat dihubungi?
Terima kasih 🙂
Lutfi 8 years ago
Saya juga pernah mencoba mendengarkan musik hipnoterapi apakah itu efektif jika rutin dilakukan?
Didit 8 years ago
Mas Endi, saya saat ini juga mengalami stress dan psikosomatis karena tempat kerja yang baru, saya sudah coba berdamai dengan diri sendiri dan ke psikolog tapi rasa cemas, sendiri, dan tertekan selalu kembali tiap hari.. baik pagi hari sebelum berangkat kerja maupun di tempat kerja.. saya sebenernya sadar saya tidak tahan terhadap stress, dan saya pernah depresi serta menderita psikosomatis sejak SMA.. saya juga baru pertama kali ke psikolog setelah sekian lama, meski saya sudah 30 th dan berkeluarga, baru sekali ini ke psikolog..
Saya sulit bergaul, semoga ke depannya saya bs lebih banyak berkontak dengan mas endi, minimal saya mempunyai teman/sahabat.. shg saya tdk merasa sendirian dengan masalah psikosomatis saya..
Salam,
Didit
Deby 8 years ago
Selamat siang Mas Endri. Salam kenal, nama saya Deby.
Saya termasuk seorang yang cukup tertarik dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan psikologis. Saya sendiri mempunyai pengalaman pribadi perihal depresi ini. Bukan saya yang mengalaminya, melainkan orang terdekat saya.
Kalau boleh, saya ingin berinteraksi langsung dengan Anda via email supaya saya punya teman saling berbagi. Soalnya saya ingin tahu lebih banyak lagi hal-hal apa saja yang dirasakan, diinginkan dan diharapkan dari seorang yang mengalami depresi, supaya saya bisa lebih memahami dan mampu menghadapi serta memberikan dukungan bagi orang terdekat saya yang menderita depresi.
Terima kasih Mas Endri.
Salam sukses selalu,
Deby
endri 8 years ago
boleh koq, email saya myself(at)liquidkermit(dot)net atau wa di 0813 2224 7454
kalau mau ketemu juga bisa di jakarta atau bandung
Arif 8 years ago
Terimakasih atas blognya ka
Dengan ini saya tahu kalau orang yang mengalami hal ini bukan hanya aku saja
endri 7 years ago
Yes. Kamu bukan satu-satunya.
Dieslow@yahoo.com 8 years ago
Saya juga sejak sma kelas 2 akhir sudah depresi awalnya tdk tau kenapa saya tb tb drop lemas dan mood hancur. Skrg saya selalu di suruh tanpa obat. Memang susah membangun positif thinking tp kata dokter bilang hanya saja blm bisa bukan berarti tidak bisa.
Semua org punya caranya sembuh, selamat bagi yg sudah sembuh. Karenankesembuhan baik cepat atau lambat smua tergantung pribadi masing”.
Bagi sayaa itu juga berkat dukungan dr lingkungan lho.
Tidak ada yg tidak mungkin, sembuh tanpa obat.
endri 7 years ago
Dengan atau tanpa obat harusnya jangan diperdebatkan. Apapun caranya asalkan sembuh.
Alice 7 years ago
Sy pernah coba bunuh diri.
Sy cekik leher sy sendiri pake tangan. Saking depresinya sy narik diri dari temen2. Bolos sekolah 2 minggu. Tapi itu sudah masa lalu. Sekarang depresi sy kumat lagi. Tp gak terlalu parah. Gmn cara ngatasinya
endri 7 years ago
Alice, kamu dulu bagaimana mengatasinya sampai bisa sembuh? Meskipun sekarang kambuh, bisa dicoba lagi.
Neeya 7 years ago
Thanks so much for writing this!
I always curious of how Freud and Jung went deep into our subconsciousness. Saya sendiri sdh tiga bulan rutin ke psikolog klinis dan sekarang lagi nemu psikiater yg cocok di negeri seberang dgn hypnotherapy dan talk therapy. My hypnotherapist first comment is actually “you are free spirit” for whatever that means. Will need to go on my second session this week. Exercise does help.
I am grateful to have a reliable small circle of friends and supportive parents. The thing is I always feel comfortable in my own skin, but when I throw myself to society, they just can’t seem to be able to handle me mostly. Lagipula kok bisa hidup fine-fina aja di tengah polusi udara, korupsi, illiteracy and whole loads of problems. Sanity and happiness are two impossible combinations, ceunah.
Hanywayss….. aku WhatsApp ya massee….
Keep up the good work ☺️☺️☺️
endri 7 years ago
Boleh whatsapp. Atau sudah? Kalau sudah, yang mana ya?
Michelle 7 years ago
Salam Pak Endri,
saya adalah sebuah murid SMA yang sedang melakukan proyek mengenai kesehatan mental dan ingin membawa kesadaraan kepada para murid sekolah saya mengenai depresi. Bisakah saya email dan mengajukan beberapa pertanyaan untuk bapak sebagai orang yang sudah mengalami depresi?
Terimakasih
endri 7 years ago
Halo Michelle. Boleh. Bisa email ke myself@liquidkermit.net atau whatsapp ke 081322247454
Nur 7 years ago
Halo mas Endri, alhamdulillah senang rasanya (tiada tara) nemu blognya mas trus baca komen2 diatas sampe selesai. Ternyata AKU TIDAK SENDIRI, syukurnya. Maaf ya mas klo kesannya nnti curhat. Jadi, saya ini merasakan depresi saat duduk d bangku kls 2 SMA, rasanya ada yg brbeda dgn saya. Sy baru tau klo sy ini ada kelainan (penyakit) yg menyebabkan sy tidak bisa bebas bersosialisasi dgn org2. Disitu sy mulai merasa SENDIRI, ANEH, mulai mengisolasi diri dr lingkungan sekitar(takut sm tamu yg dtg k rmh, tidak PD keluar rmh atau merasa td nyaman dgn org2) dan saking parahnya nilai akdemis pun ikut anjlok, alhamdulillah syukur2 bisa d terima jlur undangan pas kuliah. Nah, semasa kuliah sy menjadi lebih introvert dan lagi2 disaat memasyki smt 3 keatas nilai sy menjdi turun drastis dan prnh bolos kuliah. Kuliah pagi pun sering trlmbt. Karena disaat masa2 kuliah itulah sy mulai mencari apa yg slh dgn diri sy(penyakit), dan lambat laun mulai mendpt jawaban2 dr internet. Disitulah sy mulai menjd anti-sosial, pikiran kacau, sulit konsentrasi, mulai berimajinasi (ngayal gak karuan), pnmpilan mulai kucel (pdhl cewek), mood sering berubah-ubah, emosi gampang keluar, lbih senang d kmr drpd keluar rmh hangout sm tmn2, tidak pd, takut ketemu org baru. Sampe pd detik ini pun d saat sy tibalah wktunya mencari krj. D saat pndftrn cpns kmrin, sy GAGAL(apalagi d tahap akhir), mulailah sy menyalahkan diri sy, menyalahkan penyakit sy. Sampe sy kmbli lg k kebiasaan sy yg sering brpikiran negatif, ngayal gak jelas, sering berdiam diri d kmr. Dpresi ini blum mampu sy kontrol. Apalgi klo mengingat tdk ada satupun org yg bisa sy tmpati sharing seputar mslh sy, jgnkan tmn ibu atau keluarga sy pun rasanya tdk bisa dtmpati berbagi. Maka dr itu sy selalu mndktkan diri dan berdoa kpd Tuhan utk disembuhkan penyakit sy, tetapi disitu kekecewaan sy mulai lg ketika Tuhan rasanya tdk mendengrkan saya, smpe detik ini penyakit sy blum sembuh sampe rasanya mau bunuh diri (tapi kasian sm nma baiknya keluarga). Saya merasa Tuhan tidak adil pada sy, saya sering sedih dan nangis klo ingat masa lalu sy dr SD yg kena bully, ingat penyakit sy, ingat keluarga sy yg tdk satupun bisa mndgrkan sy( klo cerita pasti dikira ngeluh mulu). Jujur, saya bingung harus gimana.
*maafkalaujadinyakepanjangan.
Salam dari saya mas Endri di Sulawesi, semoga mas Endri berkenan memberi masukan dan saran juga dari kawan yang lain.
Terima kasih banyak.
endri 7 years ago
Halo Nur. Peluk dari jauh ya.
Terimakasih sudah bercerita. Alasan apapun, asal bisa membuat kamu tetap bertahan hidup sudah baik. Dengan masih hidup, walaupun menderita, artinya masih ada harapan untuk pulih dan suatu saat merasakan bahagia lagi.
Mungkin suatu saat nanti saya ke sulawesi kita bisa kopdar. Kamu di mana Sulawesinya?
sendiri 7 years ago
apakah saya bisa dikatakan depresi jika saya sudah tidah merasa bahwa saya tidak berharga dan diabaikan? saya sangat sedih, ketika sendiri pasti saya akan menangis. saya punya pacar namun seperti tidak mempunyai siapa siapa. teman dekat saya bahkan menjauh. tidak ada yang bisa saya ajak berbagi.
ME 6 years ago
Terimakasih untuk masukannya….
Saya tidak tahu apa yang saya rasakan, terkadang saya malu dengan diri saya sendiri. saya menangis dan selalu merasa kosong. orang-orang mengatakan saya adalah orang yang sangat beruntung, mereka mengatakan kalau saya pasti tidak memiliki masalah yang berat. banyak orang yang mengatakan kalau mereka ingin seperti saya. kadang, perkataan itu membuat saya malu.
Jujur, saya selalu bersyukur dengan apa yang saya dapatkan. saya juga tidak pernah khawatir dengan masa depan. saya tidak pernah berandai-andai memiliki hidup yang indah.
Saya tidak tahu cara menjelaskan apa yang saya rasakann, yang jelas saya merasa kosong. perasaan ini sangat tidak menyenangkan. Saya semakin benci dengan diri saya sendiri. Saya tidak dapat mengatakan apapun pada siapapun. itu akan mengubah cara mereka memandang saya. Karena jjujur, saya senang sekaligus terpukul dengan hal itu, tapi hal itu membuat orangtua saya bangga memiliki saya. Saya tidak ingin orangtua saya malu memiliki saya.
Saya ingin pergi, tapi saya sadar ada beberapa orang yang memebutuhkan saya sebagai pendengar.
anonymous 6 years ago
hai apa kabar semua..
saya harap baik2 saja 😊
saya mau berbagi artikel tentang bagaimana cara menangani depresi.
kunjungi
kipurbawisesa.blogspot.com
ada berbagai tips disana, mw di share dibagikan ke siapa saja boleh.
semoga cepat sembuh dan berkarya lagi mengisi kehidupan 😊
Choco_Lyn 6 years ago
Hi, saya dari Malaysia. Saya bukan nak cerita tentang pengalaman depresi but saya sedang mengalami perasaan itu ketika ini. Sejak sekolah menengah lagi, saya rasa tersisih daripada komuniti. Perasaan tu wujud bila saya naik tingkatan 5 dan waktu itu saya perasan yang kawan saya jauhi saya. Waktu itu, saya jadi pendiam dan lebih kepada mengasingkan diri. Ketika itu, saya rasa perkara itu biasa. Mungkin sebab itu tak berikan effect yang besar pada saya pun.
Dan, sekarang.. benda itu datang balik. Saya sekarang belajar di peringkat ijazah sarjana muda. saya rasa down bila masuk kos yang saya sendiri tak tahu apa. Awalnya, keadaan saya baik-baik saja tapi selepas masuk semestar 2, saya mula rasa nak asingkan diri. Apa yang saya fikir kan adalah orang anggap saya pelik, tak menarik, sombong dan sebagainya. Saya memang jenis tak suka nak bercakap kalau orang itu saya tak rapat sangat. Sekarang, saya dah masuk semestar 3.. dan saya rasakan keadaan saya semakin parah. Saya rasa diri saya tak berguna dan tak ada siapa yang kisah kalau saya mati. Saya rasa orang anggap saya pelik, saya hilang kawan malah saya juga sekarang takut keluarga tak terima saya. Adik saya cakap dia bencikan saya dan keadaan itu lebih parah. Sampaikan,ada satu waktu itu saya terfikir takut pulang ke rumah. Saya cuba cari tahu simptom depresi dan saya akui saya alami penyakit itu.
Apa yang saya tahu, sekarang saya cuma bertahan untuk hidup. Sekarang, nak senyum pun rasa hambar sangat. Saya harap saya dapat lupuskan penyakit ni dan hidup normal macam orang lain. Kalau boleh, saya nak rasa gembira semula.
Anonim 6 years ago
Siang…
Saya wanita umur 30 thn. Sudah 3 kali dalam kurun waktu 5 thn ini saya merasa terpuruk bgt. Ketika bad mood saya dtg, saya merasa kurang sabar dlm mengendalikan diri saya. Saya seh tidak marah2 dg org lain. Tp saya seperti ingin sendirian saja. Saya kurang menginginkan org lain berada dekat dlm wkt seharian panjang dg saya. Apa saya typical penyendiri ya. Saya sll menganggap diri saya ada yg salah kl saya lg bad mood. Saya sll berpikir kl saya ada gangguan mental sehingga saya smpai tidak mood begini. Susah melawan pikiran2 buruk dalan diri saya ini bagaimana ya.. Apa saya sedang depresi?
Meisya Dinnah 6 years ago
Haloo kak saya Meisya,,saya anak kelas 3 smp
Saya juga ngidap depresi kak & itu ngaruh di lingkungan sekolah saya,tapu saya belum cerita ke ortu,guru,temen,,sampe saya sering self harm, saya juga kalau bener bener mood ancur saya suka kumat ga jelas kak ancur ancurin barang marah smpe nangis. Jujur saya ga ngerti sama diri saya kak saya pengen lepas dari pemderitaan ini kak, saya juga ada trauma masa lalu kak sampe sekarang msih sering trauma tapi jga sampe sekarang saya belum ke psikolog atau psikater. Sarannya gimana kak?
lebonkbaks@gmail.com 6 years ago
help me
Yudha 4 years ago
Salam kenal mas.
Baca kisah ini cukup bikin sedih sekaligus semangat untuk sembuh.
Kalo saya sih lebih ke serangan panik.atau yg suka dikenal dgn Anxiety disorder / psikomatis. Dulu 2013 awal kena ( wkt itu blm tau apa jenis penyakit yg saya derita dan gatau harus ngapain kecuali banyak ibadah. Sekitar setaun Alhamdulillah sembuh dgn sendirinya seiring waktu.
Dan pertengahan taun 2019 dalam kondisi cukup stres Krn ekonomi rumah tangga. Tiba2 penyakit itu muncul lagi, cuma akhirnya saya cari tau dgn Googling, hingga ketemulah gejala yg mirip sama dan akhirnya tau kalo saya kena Anxiety. Sama seperti awal kena 2013 bolak balik masuk RS dan alternatif cuma buat cari obatnya. Bedanya dulu saya gatau obat apa Krn gatau apa penyakit nya. Kalo skr saya tau setelah sempat ke dokter jantung ,hingga penyakit dalam . Endingnya setelah searching tadi saya tau harus ngapain dan kemana tapi blm saya lakukan sejauh ini. Saya berusaha obati sendiri dgn liat YouTube dan baca2 Googling. Anehnya sempet hilang sekitar 3 bulan masa kemarin pas sibuk sama kerjaan. Otak gak sempat mikir Anxiety. Pas lagi covid tau2 muncul kembali hingga skr. Asli rasanya sakit semua badan,Krn otot yg tegang Krn debar jantung dan cemas yg tiba2 muncul.
Yudha Jakarta 4 years ago
Salam kenal mas Endri.
Baca kisah ini cukup bikin sedih sekaligus semangat untuk sembuh.
Kalo saya sih lebih ke serangan panik.atau yg suka dikenal dgn Anxiety disorder / psikomatis. Dulu 2013 awal kena ( wkt itu blm tau apa jenis penyakit yg saya derita dan gatau harus ngapain kecuali banyak ibadah. Sekitar setaun Alhamdulillah sembuh dgn sendirinya seiring waktu.
Dan pertengahan taun 2019 dalam kondisi cukup stres Krn ekonomi rumah tangga. Tiba2 penyakit itu muncul lagi, cuma akhirnya saya cari tau dgn Googling, hingga ketemulah gejala yg mirip sama dan akhirnya tau kalo saya kena Anxiety. Sama seperti awal kena 2013 bolak balik masuk RS dan alternatif cuma buat cari obatnya. Bedanya dulu saya gatau obat apa Krn gatau apa penyakit nya. Kalo skr saya tau setelah sempat ke dokter jantung ,hingga penyakit dalam . Endingnya setelah searching tadi saya tau harus ngapain dan kemana tapi blm saya lakukan sejauh ini. Saya berusaha obati sendiri dgn liat YouTube dan baca2 Googling. Anehnya sempet hilang sekitar 3 bulan masa kemarin pas sibuk sama kerjaan. Otak gak sempat mikir Anxiety. Pas lagi covid tau2 muncul kembali hingga skr. Asli rasanya sakit semua badan,Krn otot yg tegang Krn debar jantung dan cemas yg tiba2 muncul.
Fajar 4 years ago
Terima Kasih….🍃🌱🌾
izin Share ya Kaka🙏🙏
Sekali Lagi Terima Kasih…