Kemarin akhirnya kartu nama yang saya pesan selesai dicetak dan bisa diambil. Momen nya pas sekali karena saya mulai menyebarkan kartu nama saya hari ini.
Ceritanya sejak saya menulis tentang perjuangan saya melawan depresi, mulai ada beberapa orang yang menghubungi saya. Sebagian besar mereka yang juga sedang atau pernah menderita depresi. Mereka entah bagaimana nyasar ke blog saya. Lalu kami mulai berkenalan, di facebook, di blog saya, atau melalui email. Ada pula yang berlanjut kopi darat dan jadi olahraga bareng. Semuanya punya kisah yang kurang lebih sama. Merasa sendiri, bersembunyi dari orang lain, dan mengurung diri di rumah.
Lalu saya terpikir kenapa ga sekalian saja saya sebar blog saya melalui psikiater. Kalau mereka punya pasien depresi, bisa memperkenalkan blog saya, lalu bisa menghubungi saya. Loh, kenapa saya minta dihubungi. Ga banyak sih yang saya tawarkan. Saya hanya menawarkan diri sebagai teman. Kalau butuh teman nongkrong di cafe, saya bisa. Ikut olahraga bareng saya, bagus dong buat kesehatan. Saya bahkan bersedia mengantar dan menemani ke psikiater/psikolog. Sekaligus rajin megingatkan untuk teratur. Intinya menjadi teman sharing. Kalau sudah ada banyak orang jadinya akan rame. Lumayan toh menambah teman. Sesama penderita depresi kita menjadi saling paham satu sama lain, dan ga harus bersembunyi lagi. Lagipula, depresi akan lebih baik kalau dihadapi bareng-bareng. Ditambah lagi, saya hanya ingin membantu. I’ve been there, it sucks! Orang lain ga harus menghadapi depresinya sendirian.
Tadi sore saya titipkan kartu nama saya di psikiater yang merawat saya, Prof Tutie. Beliau menerima dengan antusias inisiatif saya. Kita lihat saja, apakah berhasil atau tidak. Cheers.