Back to blog

Mulai dari nol

4 June 2018 - Posted in depresi , kesehatan , kesehatan mental , Swedia , umum Posted by:

Saya adalah seseorang yang selalu penuh rencana. Semua hal dalam hidup saya harus direncanakan. Sebelum tidur, puluhan rencana ada dalam kepala saya. Rencana untuk esok pagi saat bangun, menu makan siang, hingga rencana jangka panjang. Begitu seterusnya setiap malam.

Saya membuat daftar menu makan untuk satu bulan penuh (sarapan, makan siang, makan malam, cemilan) beberapa minggu sebelumnya, beserta kapan, dimana, dan harga untuk belanja kebutuhan memenuhi menu satu bulan tersebut. Saat ada sesuatu bahan makanan tidak tersedia, saya harus putar kepala merevisi menu saya. Atau saat kemudian makan di warung/resto di luar rencana. Ah, begitu pula dengan pakaian. Bukan demi kepentingan “fashionable”, tapi hanya sekedar membagi-bagi jatah kepada masing-masing pakaian agar tidak ada yang terlalu sering dipakai (sehingga cepat luntur dan lain-lain). Oh, jadwal laundry juga masuk kedalam rencana untuk pakaian ya.

Sekarang saya sedang duduk membuat rencana lainnya. Pendidikan dan karir. Saya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan saya dan beralih sepenuhnya ke dunia kesehatan jiwa. Tapi sepertinya saya menemui kesulitan untuk membuat rencana kali ini, dan dipenuhi keragu-raguan.

Dunia pendidikan PhD sangat berbeda dengan master. Pada saat berkuliah master lima tahun yang lalu (bleh, udah lima tahun saja) saya memiliki sekitar tiga puluh teman sekelas dari berbagai negara. Kami saling bantu-membantu satu sama lain. Kami sering berkumpul bersama. Tapi saat menjalani perjalanan PhD nanti, hanya ada saya dan supervisor.

Bukan rahasia (ataukah banyak yang belum tahu?) bahwa kesepian adalah salah satu musuh utama saat menjalani PhD, terutama di negeri orang. Memang ada begitu banyak mahasiswa PhD di sebuah departemen, tetapi biasanya semuanya sibuk dengan penelitian dan targetnya masing-masing. Dibalik gemerlap pendidikan tinggi PhD yang cuma bisa dirasakan segelintir orang di Indonesia, ada perjuangan berat.

Perasaan kesepian bukan hanya disebabkan karena tidak punya teman berbagi dan berkumpul, tetapi juga karena hilangnya lingkungan nyaman yang biasa dimiliki. Teman, keluarga, makanan. Jika menjalani PhD di negara yang jauh, ga mungkin toh pulang tiap weekend, atau bahkan tiap kuartal sekalipun. Ada pula perbedaan budaya, perbedaan bahasa, perbedaan makanan, semuanya berkonspirasi untuk semakin membuat rasa kesepian itu makin nyata. Mungkinkah itu terasa seperti dipenjara?

Ada perbedaan lain antara PhD dan master. Tuntutan menerbitkan penelitian di jurnal, bukan hanya sekedar fail dan pass. Ketidakpastian dana riset juga nyata.

Menurut saya, kemungkinan terburuk adalah jika mendapatkan supervisor yang tidak cocok. Sudah tidak banyak teman yang dimiliki, eh supervisor memperburuk semuanya. Mungkin inilah salah satu alasan kenapa banyak mahasiswa PhD di Jepang yang menghubungi saya, karena kedisiplinan penelitian disana amat luar biasa. Bekerja dari pagi hingga malam, tidak jarang di akhir pekan sekalipun. Pulang sebelum sensei pulang adalah tidak wajar.

Beberapa waktu lalu saya menulis untuk indonesia mengglobal tentang depresi. Tulisan saya bisa dilihat di tautan berikut

Beating The Odds: A Real Talk on Depression and the Importance of Reaching Out

Salah satu hal yang saya tulis adalah tentang pelajar PhD berada dalam kelompok risiko tinggi untuk mengalami gangguan mental.

Sekarang saya berada di persimpangan. Apakah betul saya akan berhenti dari pekerjaan saya dan menggeluti bidang yang baru, memulai dari nol? Apakah betul saya siap untuk menjalani perjalanan PhD selama setidaknya 3 tahun? Kenegara manakah saya harus berlabuh? Tetap di Swedia dengan daya dukung yang telah ada tetapi supervisor yang tidak terlalu paham dengan tema penelitian saya? Atau di negara lain yang betul-betul baru bagi saya tetapi supervisor yang amat sesuai dengan tema penelitian?

Malmรถ
4 Juni 2018

4 Comments

Taslim Subang 6 years ago

Maju terus kang endri, kami selalu mendukungmu.

Reply

Nina 6 years ago

Hai Mas Endri ๐Ÿ™‚
Semoga selalu sehat, baik & dalam limpahan rahmat Tuhan.
Keep fight & take care ๐Ÿ™‚

Reply

Nina 6 years ago

Hi Mas Endri
Semoga selalu sehat, baik & dilimpahi rahmat Tuhan
Keep fight & take care ๐Ÿ™‚

Reply

Jemi 4 years ago

Maju terus pak.. saya terbawa ke blog anda karena mencari artikel tentang depresi.. sukses terus pak..

Reply

Leave a Reply to Jemi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *