Back to blog

Kenapa kita takut mati?

27 November 2016 - Posted in kesehatan Posted by:

Sudah lama ga nulis. Banyak pula yang menanyakan kenapa saya berhenti menulis. Apakah saya baik-baik saja. Apakah saya kambuh. Atau apakah saya masih hidup. 🙂

Sebetulnya banyak yang ingin saya tulis. Entah berapa kali saya berencana duduk didepan laptop untuk mulai menulis. Tapi baru beberapa kalimat langsung ga tau mau nulis apa lagi. Setelah sekian lama, malam ini saya paksakan saja.

Dua bulan lalu saya pergi ke Manado. Ini ketiga kalinya saya ke Manado. Saya bertemu teman baru asal Manado 5 tahun lalu di Padang saat melatih kader-kader Mentawai. Saya pernah janji untuk main ke Manado. Tapi belum pernah terwujudkan. Lebih banyak dia yang datang ke Bandung. Saya tidak punya itinerary di Manado. Hanya mengunjungi teman. Saya lebih suka bepergian untuk mengunjungi teman daripada jadi turis.

Jadi, malam pertama saya dijemput. Belanja dan makan. Tapi kemudian waktu ditanya mau ngapain di Manado saya ga punya ide. Buat saya apapun juga ga masalah. Walaupun misalnya cuma duduk-duduk dan ngobrol. Dulu saya sering pergi ke Jogja cuma buat ngobrol ngalor-ngidul di angkringan.

Saya ditawarkan untuk menyelam. Karena, kebanyakan turis ke Manado ya buat menyelam di Bunaken. Tunggu, saya ga bisa berenang. Saya trauma berada di dalam air. Selama SMP dan SMA saya selalu menghindar dari kelas berenang. Dia tanya-tanya dulu, katanya ga masalah. Saya iyakan tanpa pikir panjang.

Besok paginya kami naik kapal menuju Bunaken. Sebelumnya instruktur diving memberikan saya “kursus singkat”. Singkat, ga sampai 5 menit. Bersama kami ada 4 orang lain yang menyelam. Semuanya sudah berpengalaman. Selama menyelam saya akan ditemani instuktur karena ini pertama kalinya buat saya, dan ga bisa berenang pula.

Instruktur menyuruh saya untuk jangan takut. Dia ga tahu. Saya ga takut. Saya ga takut tenggelam. Saya ga takut mati. Sejak depresi, saya ga takut mati. Saya malah bertanya-tanya kenapa selama ini sebelumnya saya takut mati. Kenapa semua orang takut mati. Bukankah semua pada akhirnya akan mati?

Saya gagal di sesi pagi. Saya gagal melakukan equalizing. Telinga saya nyeri. Saya ga bisa menikmati dunia bawah laut. Saya hanya bisa sampai kedalaman 5 meter. Saya ga merasa takut mati tenggelam saat berada di dalam air.

Sesi sore jauh lebih sukses. Saya bisa sampai di kedalaman 12 meter. Saya menikmati dunia bawah laut yang sangat berbeda. Indah sekali di bawah sana. Kamu harus melihatnya langsung untuk mengerti.

Setelah sekian puluh menit saya merasa perasaan ga enak di mulut saya. Mungkin mouth piece yang saya gigit terasa pahit. Mungkin mulut saya mulai berasa lelah menggigitnya. Untuk sejenak saya berhenti. Apa yang akan terjadi kalau saya lepas mouthpiece saya? Saya saat ini punya pekerjaan yang saya suka. Berkat pekerjaan ini akhirnya saya bisa tiba di Manado bertemu teman. Baru beberapa malam lalu saya dikenalkan kepada seseorang yang sedang berjuang dengan pikiran bunuh diri. Saya satu-satunya yang saat itu bisa mengerti kondisinya. Satu-satunya yang masih dia ijinkan untuk berkomunikasi sepanjang hari. Masih ada pula puluhan orang lain yang menghubungi saya dengan harapan saya bisa membantu mereka keluar dari cengkeraman penyakit jiwa. Orang tua saya di Bandung. Teman saya yang mengajak saya menyelam. Kjell, Iram, dan teman-teman masa kuliah saya di Swedia. Saya masih ingin bertemu mereka.

Saya baru sadar kalau hidup saya sudah jauh berubah. Saya mulai merasakan lagi artinya hidup. Saya mulai takut lagi dengan mati. Atau lebih tepatnya, enggan meninggalkan hidup. Kehadiran saya ternyata punya arti untuk orang lain.

Kenapa kita takut mati?
Karena kita merasa hidup punya arti. Depresi membuat arti ini hilang, bersamaan dengan hilangnya emosi dan kebahagiaan.

Terimakasih Endri untuk tetap hidup

3 Comments

Susankrisanti@gmail.com 7 years ago

Terima kasih Endri karena tetap hidup!

Reply

Fenti 7 years ago

Terimakasih Endri untuk tetap hidup!…… Dan terimakasih atas semua tulisannya…..

Reply

endri 7 years ago

halo Fenti, terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya

Reply

Leave a Reply to Fenti Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *